Tampurung Kalui merupakan tumbuhan termasuk jenis rerumputan yang masuk golongan rumput teki (Cyperus rotundus) biasa tumbuh subur di pedalaman daerah aliran Sangai Barito, Kabupaten Barito Utara, Murung Raya dan Barito Selatan, Kalimantan Tengah (Kalteng). Tumbuhan ini digunakan warga sebagai tanda alam secara turun temurun.
Tampurung Kalui biasanya tumbuh setelah air Sungai Barito surut pada waktu beberapa bulan. Kalau memasuki musim kemarau, tumbuhan itu tumbuh di tanah di bataran sungai yang dikenal masyarakat dengan sebutan `pantai`.
Baca Juga: Seekor Sapi di Kudus Nyelonong Masuk ke Toko Hp Viral di Medsos
Pantai ini bukan berarti kawasan pasir di laut tapi merupakan tanah becampur pasir yang kelihatan setelah air Sungai Barito surut. Saat itulah Tampurung Kalui tumbuh. Tampurung artinya rumput dan Kalui berarti ikan (iwak kalui) atau sejenis ikan gurami yang populasinya cukup banyak di Sungai Barito setelah air pasang atau naik.
Tumbuhan itu setinggi 30 sentimeter dengan mempunyai batang sebagai tempat buah yang lebih tinggi dari daun atau pelepah yang tumbuh secara berkelompok seperti tananam rumput biasa, namun lebih tinggi.
Biasanya buah tampurung kalui yang berbentuk panjang kecil yang masih mentah berwarna hijau namun setelah tua akan berwarna coklat tumbuh banyak di sepanjang Sungai Barito maupun anak sungainya di wilayah Barito Utara seperti Sungai Montallat, Sungai Teweh dan Sungai Lahei. Nah kalau buah tampurung kalui sudah berwarna coklat berarti matang. Itu tandanya akan tidak lama lagi akan memasuki musim hujan dan air sungai dalam.
Melalui tampurung kalui inilah warga suku Dayak di pedalaman Sungai Barito sejak dulu mempercayai sebagai tanda atau petunjuk alam untuk mengetahui musim kemarau dan musim hujan.
Kepercayaan ini bukan suatu kebetulan karena selama ini pertumbuhan atau perkembangan tampurung kalui itu tidak pernah berbeda dengan prakiraan musim yang lebih ilmiah dan modern.
Setelah musim hujan kemudian tampurung kalui ikut tenggelam dan air Sungai Barito mulai dalam atau naik maka tumbuhan tersebut menjadi tempat ikan bertelur atau menghempaskan telurnya untuk menjadi anak ikan biasanya ikan seluang, gandaria, babanta dan ikan lainnya. Fakta yang sering dia dapat, selalu menemukan telur ikan di tampurung kalui itu, ketika mencari ikan saat Sungai Barito mulai naik atau dalam.
Dalam ilmu pengetahuan tampurung kalui masuk dalam family `cyperaceace` yakni secara morgologi relatif sama dengan rumput teki atau teki ladang yang merupakan gulma pertanian yang biasa ditemukan di lahan terbuka.
Apabila orang menyebut "teki", biasanya yang dimaksud adalah jenis ini, walaupun ada banyak jenis Cyperus lainnya tampurung kalui yang berpenampilan mirip hanya beda ukuran fisik terutama tinggi tegakan pohon dari teki.
Baca Juga: Mengenal Talawang, Pertahanan Terakhir Suku Dayak Pelengkap Mandau
Tanaman ini tumbuh liar di tempat terbuka atau sedikit terlindung dari sinar matahari, seperti di tanah kosong, tegalan, lapangan rumput, pinggir jalan, atau di lahan pertanian, dan tumbuh sebagai gulma yang susah diberantas.
Tampurung kalui merupakan rumput semu menahun yang mempunyai batang rumputnya berbentuk segitiga (truangularis) dan tajam Daunnya berjumlah 4-10 helai yang terkumpul pada pangkal batang.
Biasanya kalau buah tampurung kalui belum masak, bearti air sungai masih belum dalam, meski hujan turun.Tandanya air sungai akan dalam maka buah tampurung kalui sudah masak dengan warna kecoklat-coklatan atau mirip tumbuhan layu.