Mengenal Tradisi Riyoyo Kupat, Lebaran Kedua Masyarakat Jawa Timur

Mengenal Tradisi Riyoyo Kupat, Lebaran Kedua Masyarakat Jawa Timur

Dedi Sutiadi
2020-05-29 09:04:10
Mengenal Tradisi Riyoyo Kupat, Lebaran Kedua Masyarakat Jawa Timur
Tradisi Lebaran Ketupat. (Foto: Istiewa)

Tradisi Riyoyo Kupat merupakan tradisi yang khas masyrakat Jawa Timur. Riyoyo kupat juga dikenal dengan nama Hari raya Ketupat. Menurut tradisi, lebaran ketupat ini jatuh pada pada tanggal 8 syawal.

Hari raya Ketupat tahun ini jatuh pada Minggu 31 Mei 2020. enyebutan Lebaran ketupat sendiri berbeda di setiap daerah. Jika di kawasan Gerbangkertasusila dikenal dengan sebutan Riyoyo Kupat, maka di wilayah Madura lebih dikenal dengan sebutan Telasan Thopak.

Riyadi, dosen pendidikan sejarah Universitas Negeri Surabaya (Unesa) menjelaskan awal mula munculnya tradisi Lebaran Ketupat ini pada tahun 1600an. Tradisi ini pertama kali diperkenalkan leh Sunan Kalijaga. 

"Lebaran ketupat dilaksanakan pada tanggal 8 Syawal karena enam hari sebelumnya umat muslim menjalankan ibadah puasa Syawal yakni pada 2 hingga 7 Syawal," jelasnya saat dihubungi, Kamis 28 Mei 2020.

Baca juga: Kenapa Ketupat Identik dengan Lebaran? Simak yuk Alasannya

Ketupat adalah makanan khas yang selalu dihidangkan di setiap perayaan Idul Fitri. Ketupat merupakan beras yang dibungkus anyaman daun kelapa atau daun pandan. Setelah diisi beras, dikukus hingga matang dan jadilah ketupat Lebaran.

Meski kemasan dan tampilannya terkesan sederhana, etupat memiliki makna yang begitu mendalam. Dalam bahasa Jawa, ketupat berarti 'ngaku lepat' atau mengaku bersalah.

"Ketupat menjadi simbol “maaf” bagi masyarakat Jawa, yaitu ketika seseorang berkunjung ke rumah kerabatnya, mereka akan disuguhkan ketupat dan diminta untuk memakannya. Apabila ketupat tersebut dimakan, secara otomatis pintu maaf telah dibuka dan segala salah serta khilaf antar keduanya terhapus," papar Riyadi.

Ketupat biasanya dihidangkan bersama dengan opor ayam. Ketupat Lebaran dihidangkan untuk menyambut kedatangan kerabat, sanak saudara, hingga para tetangga. Namun ada pula masyarakat yang mengantarkan ketupat ke rumah-rumah tetangga.

Baca juga: Sekjend MUI: Silaturahim Idul Fitri di Tengah Pandemi Manfaatkan Teknologi

Perayaan Lebaran ketupat tahun ini dipastikan tak akan semeriah dari tahun-tahun sebelumnya karena pandemi Corona (COVID-19). Adanya physical distancing memaksa umat muslim tak bisa leluasa bersilaturahmi.

Dani Hermawanto misalnya. Warga Ambengan, Surabaya, ini mengaku jika Lebaran ketupat tahun akan melewatkannya begitu saja. Jika tahun-tahun sebelumnya, dia selalu berkunjung ke rumah sang mertua di Mojokerto maka tahun ini Dani harus rela berdiam diri di rumah.

"Biasanya malam Lebaran ketupat kita ngumpul sama keluarga istri bikin ketupat ramai-ramai untuk disantap saat sarapan pagi harinya. Tapi tahun ini tidak bisa karena kita tidak boleh kemana-mana," tukas ayah tiga putra ini.

Hal senada juga disampaikan Haris Wardana. Warga Tambak Wedi ini harus rela melewatkan lebaran ketupat dengan hanya di rumah saja.

"Tahun-tahun sebelumnya saya mudik ke Bangkalan pas malam lebaran ketupat. Paginya kita bagi-bagi lontong ketupat beserta lauknya ke tetangga. Tapi tahun ini harus di rumah saja," tukas Haris.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30