Tradisi Api Jagau Jelang Lebaran di Bengkulu, Apa Kabar Ditengah Pandemi Covid-19?

Tradisi Api Jagau Jelang Lebaran di Bengkulu, Apa Kabar Ditengah Pandemi Covid-19?

Ekel Suranta Sembiring
2020-05-19 12:09:21
Tradisi Api Jagau Jelang Lebaran di Bengkulu, Apa Kabar Ditengah Pandemi Covid-19?
Tradisi Api Jagau (foto: Kleurrijke Indonesische)

Provinsi Bengkulu merupakan sebuah daerah yang terdapat beberapa tradisi unik menjelang Hari Raya Idul Fitri atau lebaran. Salah satunya tradisi dari masyarakat  suku Serawai di Kabupaten Bengkulu Selatan, Provinsi Bengkulu, bersuka cita menyambut Lebaran dengan menggelar tradisi "api jagau".

Menurut warga setempat, tradisi "api jagau" merupakan wujud kegembiraan masyarakat Suku Serawai yang telah berlangsung sejak ratusan tahun silam. Tradisi itu digelar rutin setiap tanggal 27 dan 30 Ramadan atau saat bulan mulai menghilang dari langit malam.

Dalam tradisi itu, masyarakat akan menyalakan lunjuk, yaitu obor yang terbuat dari tempurung kelapa yang disusun vertikal setinggi sekitar 1,5 meter. Satu rumah hanya boleh menyalakan satu lunjuk sebagai wujud perlambangan keesaan Tuhan.

Api jagau dalam bahasa Serawai bermakna api yang menjaga. Cahaya api yang bersumber dari lunjuk itulah yang akan menjaga masyarakat dari gelapnya malam.

Ketika tradisi itu berlangsung, masyarakat Suku Serawai akan berkumpul di masjid dengan membawa kuliner khas berupa lemang bambu dan tapai ketan hitam.

Kemudian mereka menunaikan shalat Isya, tarawih, dan witir bersama, lantas diteruskan dengan memakan jamuan lokal tersebut. Lunjuk yang ada dalam tradisi "api jagau" menjadi satu-satunya sumber penerangan masyarakat, sebelum adanya listrik. Cahayanya akan menerangi jalanan, sehingga masyarakat dapat berangkat dan pulang dari masjid dengan aman.

Selain sebagai sumber penerangan, tradisi itu juga menjadi sarana berkumpul masyarakat saat malam. Mereka menyediakan kursi-kursi di dekat lunjuk, lalu berbincang tentang beragam hal. Sementara anak-anak menjadikan tradisi ini sebagai hiburan.

Nuansa magis dengan nyala api, asap yang membumbung dari lunjuk hingga aroma tempurung kelapa yang terbakar menjadi daya tarik tersendiri saat menyelami tradisi tersebut. Pemda Bengkulu Selatan pernah mengatakan pemerintah akan melestarikan tradisi itu dikarenakan sarat nilai filosofis dan keunikannya.

Nah, ditengah pandemi virus corona (Covid-19) saat ini apakah tradisi ini dijalankan? Letak di kolom komentar ya Guys!


Share :