Gugusan pulau di sekitar Semenanjung Malaka, melingkupi Kepulauan Riau termasuk perairan Batam, menyimpan sederet legenda dan sejarah etnis Melayu yang sebagian belum terungkap jelas.
Satu di antaranya cerita rakyat yang melegenda mengenai keberadaan Batu Berantai atau Batu Rantai, gugusan karang yang berada di perairan antara Pulau Belakang Padang dan Pulau Sambu, Kepulauan Riau. Batu Berantai juga berada di perbatasan dengan negeri jiran Singapura. Batu Rantai yang dikenal mistis ini selalu menjadi misteri hingga kini.
Alkisah, Kerajaan Tumasek (sekarang Singapura) diserang oleh ribuan ikan todak atau swordfish. Peristiwa ini memakan banyak korban dan membuat sang raja kewalahan. Namun atas saran seorang anak nelayan kecil untuk memasang pagar batang pisang di sepanjang pantai akhirnya serangan ikan todak ini berhenti.
Sayangnya, bukannya hadiah yang didapat oleh si anak kecil melainkan hukuman dari sang raja akibat raja tersebut takut jika suatu saat anak itu akan merebut kekuasaannya. Akhirnya si anak kecil yang berjasa tersebut diikat dengan rantai dan ditenggelamkan di sekitar Batu Rantai.
Hingga saat ini banyak masyarakat yang percaya dengan legenda Batu Rantai dan menjaga kekeramatan Batu Rantai. Bagi siapapun yang melewati Batu Rantai diharuskan untuk menjaga kesopanan dan menghindari kata-kata kasar.
Hal ini dipercaya akan membuat kapal terhindar dari malapetaka. Beberapa pelaut dan nelayan yang melintasi Batu Rantai pun kerap melihat penampakan anak kecil tanpa pakaian sedang mendayung sampan. Percaya atau tidak percaya, legenda Batu Rantai menjadi daya tarik Pulau Belakang Padang.