Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) merupakan salah satu kabupaten dari Provinsi Sumatera Utara (Sumut). Daerah ini terdapat sejarah yang jarang ditemui di daerah-daerah lain, adapun sejaran itu yakni tentang ular raksasa kejam yang memiliki tubuh sebesar tong drum dengan panjang sekitar 30 meter yang telah memjadi batu.
Sejaran tersebut ditandai dengan adanya batu panjang sekitar 30 meter terbentuk bulat dan memiliki gigi panjang berada di Dusun Perdua-duaan, Desa Sihas Tonga, daerah perbatasan antara Parlilitan dangan Tarabintang.
Sejarah dari batu besar di sisi air terjun itu, menurut lagenda dahulu kala ada seekor ular besar memiliki kelakuan yang sangat kejam. Ular itu membuat warga sekitar resah karena kekejamannya. Ular yang sering memakan manusia ini melewati Jalan Perdua-duaan ketika ingin melintas ke daerah Tarabintang.
Menurut warga setempat kematian ular raksasa tersebut karena dibunuh oleh raja sakti yang kesaktiannya diakui warga setempat bernama Raja Sigunja yang merupakan raja daerah Pakkat, Parlilitan dan Tarabintang (Papatar).
Menurut cerita, 100 tahun lalu, putri Raja Sigunja menghilang sampai beberapa hari. Ini membuat raja beserta warga mencari kesana-kemari, namun tidak menemukan keberadaan putrinya.
Kala itu sang raja pun mencari terus sampai ke daerah perbatasan menuju Tarabintang. Ia pun bertemu dengan ular raksasa itu dan bertanya tentang keberadaan putrinya. Namun ular tersebut dengan sombongnya menjawab kalau dia tidak mau tahu dengan hal itu, sehingga muncullah kecurigaan raja jika putrinya hilang karena dimakan sang ular.
Selanjutnnya raja pun mengambil tombaknya dan sembari memuja (berdoa) selama tujuh hari tujuh malam meminta petunjuk bagaimana cara untuk membunuh ular raksasa tersebut. Ini karena dendamnya sang raja pada ular itu yang juga meresahkan warga sekitar.
Selesai memuja, raja pun mendapat petunjuk bahwa tombaknya bisa membunuhnya dengan menusuk ke bagian kepala ular. Akhirnya sang raja berhasil membunuh ular tersebut.
Ternyata di lkasi peninggalan ular yang menjadi batu itu mengalir cairan warna merah sampai saat ini. Menurut warga sekitar, itu menjadi bukti sejarah ular raksasa tersebut dan di sekitaran lokasi terdapat dua gua yang merupakan tempat persemedian aja Sigunja dahulu kala dan setiap sekali setahun di lokasi itu ayam selalu berkokok.