Indonesia merupakan negara yang terdiri dari ribuan pulau dan beribu suku. Masing-masing suku mempunyai ciri khas tersendiri yang dapat dilihat dari berbagai hal, salah satunya adalah tradisi-tradisi yang digelar saat menjelang hari raya Idul Fitri (lebaran).
Setiap suku di Indonesia punya caranya tersendiri unutk mengucapkan syukur kepada Tuhan. Seperti tradisi yang dilakkukan muslim di Nusa Tenggara Barat (NTB), menyambut Lebaran dengan Perang Topat. Tradisi ini juga diikuti oleh umat Hindu untuk menjadi simbol kerukunan dalam beragama.
Dalam tradisi Perang Topat warga Lombok saling berperang dengan melemparkan ketupat. Perang Topat sendiri diadakan dalam rangka mengucap syukur atas berakhirnya puasa sunah umat muslim di Lombok dan dilakukan 6 hari setelah hari raya Idul Fitri.
Sebelum melaksanakan Perang Topat, warga Lombok berziarah terlebih dulu ke makam para ulama. Umumnya, mereka berziarah ke Makam Loang Baloq di kawasan Pantai Tanjung Karang dan Makam Bintaro di kawasan Pantai Bintaro. Usai berziarah, prosesi Perang Topat dimulai dengan membawa sesajen berupa hasil bumi yang dilakukan oleh Suku Sasak dan tokoh umat Hindu di Lombok.
Kemudian Perang Topat pun dimulai ketika waktu telah menunjukkan pukul 17.30, tepat dimana matahari mulai terbenam. Tradisi Perang Topat sebagian besar diikuti oleh umat Islam dan umat Hindu di Lombok. Tak hanya mencerminkan toleransi beragama yang kuat diantara keduanya, namun tradisi Perang Topat sendiri juga mampu mengajak manusia untuk kembali merefleksikan jati dirinya.