Hilangnya turis asal Jerman, Wolter Klaus hingga ditemukan dalam keadaan tidak bernyawa di seputaran Air Terjun Dua Warna, Kamis (29/6/2017) lalu, telah menambah daftar panjang turis asing yang hilang dan terjebak di Gunung Sibayak.
Pada tahun 2007 silam, seorang pendaki lain bernama Franz Rezch asal Austria juga pernah dinyatakan hilang di puncak Gunung Sibayak, tepatnya pada tanggal 23 Januari 2007. Seminggu kemudian, 31 Januari 2007 Franz berhasil ditemukan dalam keadaan selamat di kawasan Dusun Derek, Desa Sukamakmur, Kecamatan Sibolangit.
Atas ditemukannya Franz Rezch kala itu, pihak salah satu stasiun televisi di Jepang, Fuji TV pun mencoba melakukan investigasi terkait fenomena misteri Gunung Sibayak.
Ceritanya diawali dengan pengalaman Franz Rezch yang hilang, dimana pencariannya sebenarnya sudah sempat dihentikan karena sudah beberapa hari dicari tapi belum juga ditemukan.
Namun, tiba-tiba dia sampai ke kaki Gunung dengan selamat, begitu sampai dia mulai berhalusinasi bila dia selamat ternyata karena diantar oleh seorang bule juga yang ternyata adalah orang yang hilang beberapa waktu lalu di Gunung Sibayak. Franz juga mengatakan bahwa dirinya mendengar suara-suara orang berkumpul dan berteriak serta menangis di atas gunung.
Suara-suara itulah yang kemudian disebut dalam tayangan Fuji TV sebagai ‘Suara Neraka’. Penasaran dengan suara yang disebutkan ini, lalu naiklah pemandu lokal dengan seorang peneliti Jepang ke arah sumber suara itu melakukan investigasi.
Mulailah dilakukan berbagai ragam tes. Pada awalnya mereka mengira halusinasi mungkin disebabkan oleh gas sulfur yang tinggi, lalu dites kadarnya, ternyata hanya 7,4 ppm, sehingga dianggap tidak memiliki efek terhadap halusinasi.
Kemudian di tes juga gelombang elektromagnetik, yang awalnya diduga menyebabkan sering terjadinya kecelakan pesawat di seputaran Sibayak, ternyata tetap hasil tesnya negatif. Terakhir direkamlah ‘suara neraka’, yakni suara seperti layaknya suara angin yang terperangkap di struktur gunung.
Rekaman suara tersebut kemudian dibawa ke Jepang, lalu diuji coba ke laboratorium yang dapat meneliti suara. Hasilnya, itu memang suara angin. Namun didalam suara angin itu banyak sekali suara berfrekuensi rendah (15 hz) yang tidak dapat didengar oleh telinga manusia.
Menurut ahli di laboratorium tersebut, suara berfrekuenzi sangat rendah tersebut tak kedengaran, namun dapat menghasilkan getaran yang lebih besar, bahkan bisa menstimulasi pembentukan hormon (steroid). Sebagai efeknya bisa menimbulkan stres dan halusinasi pada seseorang.
Akhirnya disimpulkan bila suara berfrekuensi rendah itulah yang membuat banyak orang kesasar akibat berhalusinasi di Gunung Sibayak, termasuk beberapa kecelakan pesawat dan helikopter.