Pada suatu ketika ada tiga pemuda berteduh di dalam goa tiba-tiba mulut goa itu tertutup dengan batu besar. Tidak mungkin menggeser batu besar itu dengan tenaga manusia biasa. Berkatalah yang paling senior di antara mereka, siapa di antara kita yang pernah melakukan amal istimewa? Ketiga-tiganya merasa tidak pernah melakukannya.
Baahkan tak hanya itu saja ketiganya ternyata sangat tawadhu, tidak mau memuji amal-amal kebajikan yang pernah dilakukan. Kisah ini diceritakan di dalam kitab Riyadh al-Shalihin sebuah kitab hadis yang menghimpun hadis-hadis shahih pilihan.
Namun tak hanya itu saja dalam keadaan terdesak seperti itu, pemuda pertama paling senior di antara mereka maju dan berdoa di depan mulut goa dengan menceritakan (bertawashul) pengalamannya ketika ia menjumpai ibunya dalam keadaan sakit keras dan meminta dibelikan susu segar. Akhinya ia menemukannya tapi sayang ibunya sudah tertidur. Ia berdiri sepanjang malam sampai subuh ketika ibunya sudah bangun.
Sementara menunggu ibunya bangun anaknya juga merengek-rengek meminta susu itu tetapi dikatakan ini kepunyaan ibu yang sedang sakit. Kalau ini ada artinya mohon dibukakan pintu goa ini. Alhasil batu gesar itu bergeser sedikit, oksigen bisa masuk.
Selanjutnya pemuda kedua berdoa di tempat yang sama dengan pengalamannya pernah diajak berhubungan khusus dengan gadis pujaannya yang ibunya sedang memerlukan biaya. Ketika akan melakukannya tiba-tiba perempuan itu berucap apakah engkau akan merusak cincin yang bukan milikmu? Sekitika itu saya lari karena takut dan malu kepada Allah Swt. Pemuda kedua ini berdoa, ya Allah sekiranya ini ada artinya mohon pintu goa ini dibuka. Akhirnya batu besar itu bergeser lagi sedikit tetapi belum bisa dilewati.
Bahkan tak hanya itu saja pasalnya Kisah ini mengandung pelajaran yang sangat luhur bahwa ternyata kebaikan-kebaikan yang pernah dilakukan kepada orang lain tidak pernah disia-siakan Allah Swt. Kebaikan berupa amal social berfungsi sebagai tabungan social (social saving) yang selanjutnya menjadi faktor yang amat penting untuk menolak bala atau memproteksi kita dari berbagai musibah. Semakin banyak amal social yang dilakukan semakin save dan secure yang bersangkutan. Sebaliknya jika seseorang memiliki saldo minus dalam social saving-nya maka semakin riskan pula orang itu untuk menerima cobaan dan musibah.
Banyak contoh lain dalam kehidupan kita sehari-hari. Anak-anak shaleh, yakni anak-anak yang patuh dan taat kepada kedua orang tuanya kebih mudah mendapatkan kekhusyukan doa dari orang tuanya ketimbang anak-anak durhaka. Bahkan anak-anak durhaka langganan dengan problem dan anak-anak saleh/salehat hidupnya selalu beruntung dan ending kehidupannya menggapai husnul khatimah. Siapapun di antara kita menghendaki ketenteraman dan ketenangan hidup banyaklah menanam saham social. Saham social tidak mesti harus mahal harga dan nilainya tetapi yang paling penting ikhlas di dalam mengamalkannya.