Tanjung Pura merupakan salah satu kecamatan dari Kabupaten Langkat, Sumatera Utara (Sumut). Tanjung Pura merupakan salah satu titik yang dilewati oleh Jalan Raya Lintas Sumatera menuju Provinsi Aceh, merupakan sebuah kota kecil yang juga merupakan kota penuh kenangan bagi sebagian orang yang pernah tinggal di sana. Kota ini dihuni warga yang beragama islam, tak jarang saat bulan ramadan banyak hal menarik dan unik yang terdapat di kota ini, salah satunya tradisi Bedug Sahur.
“Sahur, sahur, sahur,” seruan yang seperti sebuah ‘yel yel’ ini terdengar berulangkali dilantunkan dalam sebuah nyanyian, diiringi irama pukulan beduk, dan berasal dari beberapa benda lainnya, diantaranya dari drum (tong) sisa, dengan permukaan drum yang dibalut ketat dengan kulit hewan lembu (sapi) yang sudah dijemur dan telah di keringkan lebih dahulu.
Kemudian ditambah perangkat sebuah timba kecil yang dipukul dibagian pantatnya agar dapat mengeluarkan bunyi. Dilengkapi juga sebuah kaleng biskuit bekas, yang dipukul pada bagian pantat (belakang) nya juga, tak lupa beserta hiasan dari bunyi botol bekas minuman sirup yang dipukul.
Semua peralatan bunyi itu dibawa menggunakan becak dengan mesin terbuka (becak panser), yang selanjutnya dibawa berjalan menuju disetiap jalan desa, termasuk jalan dan gang kecil dilingkungan rumah rumah warga, khususnya di wilayah warga Desa Pematang Tengah.
Adapun aktivitas rutinan para remaja di setiap bulan Ramadan itu tak lain bertujuan hanya untuk membangunkan warga dalam melaksanakan dan menyiapkan hidangan santap sahur.
Sahur merupakan aktivitas makan pada dini hari (disunahkan menjelang fajar sebelum subuh) bagi orang-orang yang akan menjalankan ibadah puasa Ramadan.
Adapun Kata Sahur (Arab), juga disebut Sehur, Sehri, Sahari dan Suhoor dalam bahasa lain, adalah sebuah istilah Islam yang merujuk kepada aktivitas makan oleh umat Islam yang dilakukan pada dini hari bagi yang akan menjalankan ibadah puasa pada bulan Ramadan.
Di bulan Ramadan ini, biasanya ada sejumlah kebiasaan yang harus diubah. Misalnya saja, karena berpuasa tidak ada waktu sarapan dan makan siang. Sarapan diganti menjadi makan sahur yang dilakukan sebelum waktu Subuh.
Menggeser waktu sarapan beberapa jam lebih awal untuk sahur, bisa terasa berat, karena harus melawan kantuk dan makan di waktu yang jauh lebih pagi.
Nah, untuk mempersiapkan, waktu makan sahur inilah, para remaja ini mencoba membangukan warganya lebih awal, dengan keunikan kegiatan beduk sahur yang sebisa mungkin mereka ciptakan, meskipun disetiap masjid dan mushola ada juga warga yang menyampaikan seruan sahur, agar umat muslim untuk segera melaksanakan makan sahur.