Goa Boralla di Madina, Goa Punya Misteri dan Historis Masa Perjuangan Kemerdekaan

Goa Boralla di Madina, Goa Punya Misteri dan Historis Masa Perjuangan Kemerdekaan

Ekel Suranta Sembiring
2020-05-01 12:57:37
Goa Boralla di Madina, Goa Punya Misteri dan Historis Masa Perjuangan Kemerdekaan
Goa Barolla Madina (foto: Radio START FM Panyabungan)

Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menyimpan ribuan hal manarik, seperti salah satunya goa di Kabupaten Mandailing Natal, Sumut yakni Goa Boralla.

Goa Barolla yang berada di Hutapungkut Julu,  Kecamatan Kota Nopan, Kabupaten Mandailing Natal, ini menyimpan sejulah misteri dan historis bagi perjuangan Republik Indonesia.

Goa ini mempunyai sejarah panjang yang begitu penting untuk di ingat dan dilestarikan. Sebab, goa ini pernah dipergunakan para pejuang kemerdekaan RI dulunya untuk persembunyian dan rapat dalam menyusun strategi dalam mengusir penjajajah dari bumi pertiwi ini, di antaranya H. Adam Malik, Tan Malaka, H. Sujak dan pejuang kemerdekaan lainnya.

Sejarah dan Lagenda Goa Barollah

Menurut keterangan Gozali Lubis (mantan kepala desa Hutapungkat Julu) dan Burhan Lubis (mantan kepala desa Hutapangkut Jae), sejarah awal keberadaan Goa Boralla ada dua versi. Versi pertama mengatakan, sebelum tahun 1500 goa ini sudah ada. Saat itu tidak seorangpun manusia yang berani masuk kedalamnya. Sekitar tahun 1818 di sekitar goa sudah ada ditemukan jalan setapak, di duga orang-orang yang mendatangi goa ini dari kerajaan Majapahit yang masih beragama Hindu. Selanjutnya, sekitar tahun 1821 sudah ditemukan adanya pembukaan tambang emas secara tradisional di daerah itu.

Kemudian, sekitar tahun 1834, seorang Syekh yang bernama Dapit melalui Pagaran Siayu, Hutapungkut Julu mendatangi goa tersebut. Menurut cerita, kedatangan Syekh tersebut dalam rangka mencari kawannya yang hilang. Saat itu yang berani masuk kedalam goa hanyalah Syekh Dapit sendirian. Setelah beliau keluar dari dalam goa, Syekh tersebut secara tiba-tiba menghilang entah kemana. Menurut cerita beberapa warga, Syekh tersebut adalah bangsa Jin yang menjelma menjadi wujud manusia. Sebelum Syekh itu menghilang, ia memberikan nama gua tersebut dengan sebutan Goa Boralla.

Versi kedua, mengatakan, ujar Gozali Lubis, ”Boralla” berasal dari kata ”Berhala”. Goa ini pernah dijadikan orang terdahulu (sebelum masuknya Islam) tempat menyembah berhala. Hal ini ada juga benarnya, sebab kalau kita masuk kedalam goa, kita akan menemukan ukiran seperti patung yang menggambar laki-laki dan perempuan sedang bersanding. Mungkin inilah berhala yang dijadikan orang dulu sebagai tempat sembahannya.

Selain itu, legenda mengenai keberadaan goa ini terus bergulir dari mulut ke mulut warga. Menurut mereka, dahulunya di sekitar goa ada satu kerajaan yang mempunyai dua putra mahkota yang bernama Kaliot dan Maliot. Setelah keduanya dewasa, Kaliot pun hendak dikawinkan ayahandanya dengan gadis cantik, ternyata rencana perkawinan ini membuat Maliot cemburu. Sebab, Maliot berkeinginan dirinyalah yang pantas dikawinkan dengan gadis tersebut. Maliot pun pun berusaha menghalangi perkawinan itu, namun tidak bisa, lantas Maliot pun berencana membunuh Kaliot.

Strategi pun disusun Maliot, ia pun mengajak Kaliot masuk kedalam goa dengan alasan memancing disungai yang berbentuk kolam yang terdapat di dalam goa. Saat sedang asyik memancing, Maliot pun menjatuhkan Kaliot kedalam sungai dengan cara menolaknya. Sekejap saja, kaliotpun menghilang bagaikan ditelan bumi. Ketika itu, Maliot menganggap Kaliot sudah mati, ia pun langsung pulang kerumah menjumpai ayah dan ibunya.

Di hadapan ayah dan ibunya, Maliot menceritakan kalau Kaliot sudah jatuh tergelincir kedalam sungai yang berbentuk kolam di dalam goa. Betapa sedih kedua orangtuanya mendapat berita tersebut, perkawinan yang sudah dipersiapkan pun dibatalkan. Lantas bagaimana nasib Kaliot? rupanya ia masih beruntung. Kaliot bukannya mati seperti anggapan Maliot, tapi setelah jatuh ke sungai ia ditolong seekor Penyu. Penyu itu pun lantas membawa Kaliot jauh mendarat sampai di Bonjol (Sumatera Barat). Setelah kondisinya sehat, Kaliot pun pulang kembali dengan maksud bergabung bersama keluarganya.

Tapi alangkah terkejutnya Kaliot, begitu ia sampe di rumahnya ada pesta meriah. Kaliot lebih terkejut lagi ketika ia melihat bahwa yang bersanding di pelaminan itu adalah adiknya sendiri, yaitu Maliot dengan calon isterinya dulu. Di sisi lain, Maliot pun terkejut bukan main melihat kedatangan abangnya Kaliot. Selama ini Maliot dan keluarganya menganggap Kaliot sudah mati jatuh kedalam sungai yang ada di dalam goa, tapi rupanya tidak. Kaliot pun langsung menjumpai ayah dan ibunya dan menceritakan apa yang sesungguhnya terjadi pada dirinya.

Mendengar penuturan Kaliot, ayahnya sangat murka. Perkawinan Maliot dengan wanita cantik yang tidak lain calon kakak iparnya pun di batalkan seketika. Maloit pun dihukum oleh ayahnya, hukuman yang diberikan adalah Maliot di buang ke daerah Air Bangis (Sumatera barat). Tidak berapa lama kemudian, Kaliot pun di kawinkan dengan calon isterinya itu.

Suasana Goa

Untuk mencapai Goa Boralla ini kita harus melalui jalan setapak sekitar 2 Km dari desa Hutapungkut Julu, jalan mendaki ini biasa dipergunakan warga desa untuk menderes dan ke kebun. 

Warga setempat yang berkunjung ke goa tersebut tak jarang menjumpai dua ekor ular warna hijau di mulut goa tersebut sedang mematuk kelelawar yang keluar masuk dari goa tersebut.

Warga setempat menyebut kedua ular tersebut adalah penjaga goa yang tidak mengganggu, dan ular itu langsung menghilang bila berkunjung ke goa tersebut.

Begitu masuk ke mulut goa, warga setepat akan menjumpai ruangan yang besar. Selain itu, warga juga akan mendapati dua arah jalan yang satu ke sebelah kanan dan satunya lagi sebelah kiri. 

Warga setempat bercerita, bila masuk beberapa meter ke dalam goa itu akan terdengar desiran air yang mengalir jauh di bawah gua tersebut. Arah jalannya selain cukup licin, juga turunan sampai ke dasar goa. Bila berani terus kebawah, maka akan menemukan sungai yang berbentuk kolam yang sangat luas, karena luasnya tepi kolam tidak kelihatan.

Posisi sungai yang berbentuk kolam ini jauh kebawah, bagi pengunjung yang masuk ke goa ini disarankan jangan melewati jalan ke arah kanan karena berbahaya, bisa-bisa tergelincir kedasar goa yang terdapat sungai. Mungkin di sinilah dulu cerita si Kaliot jatuh kedalam kolam karena ditolak Maliot saat memancing yang pada akhirnya mendarat di Bonjol. Bagi pengunjung yang datang disarankan juga membawa lampu penerangan, sebab kondisi di dalam gua sangat gelap.

Menurut cerita warga di sebelah kiri kolam terdapat ruang rahasia yang dipergunakan pejuang RI dulunya sebagai tempat persembunyian dari kejaran tentara penjajah Belanda. Untuk mencapai ruangan rahasia ini bukanlah hal yang mudah, kita harus menyeberangi kolam dengan titi yang terbuat dari dua bilah bambu. Namun pengunjung yang datang, tidak pernah masuk kemari, sebab jalan untuk mencapai ruangan itu sangat berbahaya.

Sedangkan kalau kita masuk ke arah jalan sebelah kiri, jalan yang dilalui cukup sulit. Untuk memasuki ruangan pertama, Anda harus merunduk dengan posisi tiarap. Begitu masuk ke ruangan pertama, Anda akan menemukan ukiran-ukiran yang sangat unik. Setelah itu, Anda baru masuk keruangan kedua dengan melewati lubang yang sangat kecil dengan posisi tiarap. Sepintas karena kecilnya, lobang itu tidak bisa dilewati manusia, namun anehnya begitu dilewati segemuk apapun manusianya bisa lewat walaupun dengan poisisi tiarap dengan perut menyentuh dasar goa.

Di ruangan kedua inilah banyak terdapat ukiran di dinding goa. Sebelah kanan, ada semacam ukiran gordang sembilan yang konon menurut ceritanya ini adalah inspirasi munculnya gordang sembilan di wilayah Mandailing. Sedangkan di sebelah kanan terdapat ukiran seperti patung yang cukup besar. Patung ini tidak ubahnya seperti posisi berdiri bersanding antara laki-laki dan perempuan.

Menurut keterangan warga, tidak semua pengunjung yang dapat melihat patung tersebut. Mungkin patung inilah dulu yang disebut dengan berhala yang dijadikan orang sesembahan sebelum Islam datang, yang kemudian namanya berubah menjadi Boralla. 

Begitu juga kalau Anda memasuki ruangan ketiga, posisi Anda tetap tiarap. Ruangan ketiga ini cukup besar, di sinilah dulu para pejuang RI mulai dari Adam Malik, Tan Malaka dan pejuang lainnya mengadakan rapat-rapat menyusun strategi meraih kemerdekaan. Sedangkan batu berbetuk meja yang mereka pergunakan untuk rapat masih jelas kelihatan. 

Selain itu, di dinding goa terdapat tulis-tulisan nama pejuang lainnya, misalnya Buyung Siregar, Mahmuddin Nasution, Abu Kosim yang ditangkap pihak Belanda tahun 1933 yang kemudian di buang ke Digul-Irian Jaya.

Selain ruangan ketiga, masih banyak terdapat ruangan lainnya, namun tidak bisa dijangkau. Ukuran Goa Boralla ini cukup besar dan menurut keterangan goa ini merupakan goa yang terbesar di Kabupaten Mandailing Natal. Namun sangat disayangkan, sepertinya keberadaan goa ini tidak terurus dan tidak terawat, bahkan beberapa di sisi gua sudah banyak yang runtuk akibat termakan usia.

Di dalam goa banyak di jumpai binatang jenis kelelawar yang menurut informasi Gosali Lubis, kotoran kekelawar ini yang dipergunakan pejuang dulu untuk bahan membuat mesiu atau bahan peluru saat bertempur dengan Belanda. 

Di lihat dari sejarah goa, sebenarnya goa ini sangat berarti bagi perjuangan RI dalam mengusir penjajah. 

Nah, sahabat Correcto.id yang mau berkunjung ke Goa Barollah ini, tunggu pandemi usai dulu ya!


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30