Manisan Halua merupakan manisan aneka buah dan sayuran khas kearifan lokal turun temurun asal Kabupaten Langkat yang jadi buruan masyarakat di kala Ramadhan dan Lebaran Idul Fitri.
Menariknya, di saat saya beli menurun akibat Covid-19, pada tahun ini, Halua semakin diminati oleh masyarakat.
Hal itu dibuktikan oleh peningkatan omzet dirasakan pengusaha Manisan Halua pada Ramadan 1441 Hijriah ini.
Pedagang manisan Halua Sri Langkat, Erwin (45) mengaku sempat khawatir usaha mereka akan sepi pembeli di saat pandemi Covid-19. Apalagi imbauan larangan mudik sudah diserukan pemerintah.
"Awalnya bakalan sepi Ramadhan dan Lebaran tahun ini. Alhamdulillah omzet dangangan manisan Halua meningkat dua kali lipat dari tahun sebelumnya. Pemerintah larang mudik, warga Melayu perantau yang ada di luar daerah dan negeri justru berburu manisa. Mereka melakukan pemesanan melalui online. Saat ini saya lagi sibuk melakukan pengemasan dan pengiriman paketan manusan Halua," katanya di lapak dagangannya di Jalan Zainul Arifin Kecamatan Stabat, Selasa, 28 April 2020.
Terlihat bahwa berbagai jenis manisan Halua dijual, mulai dari bahan aneka buah, seperti pepaya, nenas, asam glugur, labu, renda, kolang kaling, gundur, jagung, wortel, terong, hingga daun pepaya dan manisan dari cabai merah.
Aneka manisan dijual dengan harga bervariasi, mulai dari Rp 70 ribu hingga Rp 120 ribu rupiah per kilogram.
Manisan yang paling diminati oleh masyarakat dan diorder secara online adalah manisan pucuk pepaya, buah pepaya dan cabai.
Pemesanan tidak hanya di Langkat saja. Namun, ada juga yang dari Pekanbaru, Rantauparapat, bahkan ada juga yang dari Bandung.
Zainal mengatakan bahwa bisnis tersebut adalah turun temurun selama 30 tahun.