Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat alias Centers of Disease Control and Prevention (CDC) telah resmi menambah enam gejala COVID-19, penyakit yang disebabkan virus corona SARS-CoV-2.
Salama ini, gejala umum yang sering dialami pasien seperti demam, batuk dan sesak napas. Kemudian, CDC menambahkan beberapa gejala lain, di antaranya menggigil, gemetar berulang kali, sakit otot, sakit kepala, sakit tenggorokan, dan kehilangan indera penciuman dan perasa.
Dalam catatan CDC, para pasien biasanya mengalami gejala dalam dua hingga 14 hari setelah terpapar virus corona. Ini artinya, masa inkubasi COVID-19 terjadi dalam rentang waktu 2-14 hari sejak virus masuk ke dalam tubuh manusia.
“Seseorang harus segera mendapatkan perawatan medis ketika mereka mengalami gejala sesak napas, nyeri otot atau nyeri di bagian dada, kebingungan, kelelahan atau lemas, dan muncul rona kebiruan pada bibir dan wajah,” ungkap CDC, seperti dikutip Fox News, Selasa 28 April 2020.
CDC menambahkan, anak muda khususnya usia produktif rentan mengalami masalah serius bahkan bisa akibatkan keadaan koma ketika mengalami stroke mendadak akibat virus corona.
Sementara untuk usia lanjut, terutama yang memiliki penyakit penyerta seperti jantung, diabetes, dan penyakit paru-paru, mereka rentan mengalami komplikasi.
Ahli bedah saraf Mount Sinai Health System, Dr. Thomas Oxley, mengatakan stroke mendadak yang sering dialami oleh pasien COVID-19 tak lain akibat adanya gangguan dalam pembuluh darah yang disebabkan virus corona.
"Laporan kami menunjukkan peningkatan tujuh kali lipat dalam kejadian stroke mendadak pada pasien muda selama dua minggu terakhir. Sebagian besar dari pasien ini tidak memiliki riwayat medis masa lalu dan berada di rumah dengan gejala ringan atau dalam kasus tanpa gejala COVID-19." kata Oxley.
Berdasarkan data Johns Hopkins University, per Senin 27 April 2020, angka infeksi virus corona di seluruh dunia telah mencapai 3 juta orang. Kasus tertinggi positif corona berada di Amerika Serikat (AS) dengan angka 979.077 jiwa. Angka ini hampir satu per tiga total kasus di dunia.