Tradisi Punggahan, Ritual Memaknai Datangnya Ramadan di Sumut

Tradisi Punggahan, Ritual Memaknai Datangnya Ramadan di Sumut

Ekel Suranta Sembiring
2020-04-26 16:17:58
Tradisi Punggahan, Ritual Memaknai Datangnya Ramadan di Sumut
Tradisi Punggahan di Sumut (foto: Merdeka.com)

Indonesia adalah negara dengan jumlah Muslim terbanyak di dunia. Oleh karena itu, setiap daerah di Indonesia memiliki banyak ragam budaya yang bernuansa agama Islam.


Salah satu yang tidak bisa dilewatkan oleh umat Muslim di Indonesia adalah menyambut datangnya Bulan Ramadan. Ada banyak sekali tradisi atau budaya yang bisa ditemui yang berkaitan dengan menyambut bulan suci ini, seperti di daerah Sumatera Utara (Sumut) ini.


Ada sebuah tradisi yang hingga kini masih dijaga oleh masyarakat Sumut dalam menyambut Ramadan, yaitu Tradisi Punggahan. Tradisi ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur dan sarana untuk berkumpul bersama masyarakat di sekitar tempat tinggal. Selain mengasyikkan, tradisi ini juga memiliki banyak nilai yang baik bagi kehidupan.


Tradisi Punggahan berasal dari kata munggah yang memiliki arti naik. Maksudnya tradisi ini diharapkan mampu menaikkan derajat manusia dalam menghadapi bulan puasa, baik secara lahiriyah dan batiniyah.


Tradisi Punggahan ini telah berlangsung dari Zaman dulu sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah dengan datangnya Bulan Ramadan. Di daerah lain, Tradisi Punggahan berlangsung sehari atau dua hari sebelum Ramadan tiba, namun di Sumatera biasanya tradisi ini berlangsung di malam pertama Ramadan.


Tradisi ini dilakukan hampir di semua daerah di Sumatera Utara, namun yang unik adalah ternyata setiap daerah melakukan tradisi ini dengan cara yang berbeda-beda.


Seperti yang dilakukan oleh masyarakat di Labuhanbatu Utara, tradisi ini dilakukan dengan mengadakan makan bersama seluruh warga di kampung. Masyarakat desa akan membawa makanan dan berkumpul di masjid yang berada di kampung itu. Kemudian, setelah itu masyarakat akan duduk bersama sebagai momentum mempererat tali silaturahmi, saling memaafkan dan membersihkan hati kepada tetangga dan sesama.


Namun, hal berbeda dilakukan oleh masyarakat di Batubara. Tradisi Punggahan yang dilakukan masyarakat di sana dalam menyambut Ramadan dengan memotong hewan ternak jenis kerbau atau lembu yang dilaksanakan mulai 32 hari sebelum hari pertama Ramadan.


Tradisi Punggahan hingga kini masih dilestarikan dan dijaga oleh masyarakat Sumatera Utara. Selain karena untuk menghormati tradisi yang sudah ada, Tradisi Punggahan juga memiliki nilai-nilai kebaikan dalam kehidupan, terutama dalam kehidupan bermasyarakat.


Tradisi ini dijadikan momentum bagi masyarakat untuk mempererat kesatuan dan persatuan antar sesama. Dalam hal ini, warga menjadi berkumpul, saling menyapa, dan saling bersilaturahmi. Selain itu, tradisi ini juga mempererat kerukunan warga dalam bermasyarakat.


Tradisi Punggahan juga digunakan oleh masyarakat sebagai sarana untuk mendoakan orang tua yang telah meninggal dunia. Biasanya, masyarakat akan melantunkan doa-doa seperti tahlil dan bacaan Surah Yasin.


Lantunan doa-doa tersebut sebagai sarana ibadah kepada Allah SWT untuk mendapatkan ketenangan jiwa, serta untuk mendoakan para arwah leluhur yakni para keluarga atau leluhur yang telah meninggal dunia, agar Allah SWT menempatkan arwahnya di tempat yang mulia.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30