Pakar UGM Sebut Sosial Distancing Sampai 2022, Benarkah?

Pakar UGM Sebut Sosial Distancing Sampai 2022, Benarkah?

Ahmad
2020-04-23 09:00:42
Pakar UGM Sebut Sosial Distancing Sampai 2022, Benarkah?
Penerapan social distancing di LRT. foto: Istimewa

Koordinator Tim Respons COVID-19 Universitas Gadjah Mada (UGM), Riris Andono Ahmad, sepakat dengan riset Harvard University T.H Chan School of Public Health yang menyebut social distancing karena virus corona bisa berlaku hingga 2022. Menurutnya yang perlu dilakukan saat ini adalah beradaptasi. 


"Kalau sudah membaca ilmuwan Harvard mengatakan social distancing itu akan bisa sampai 2022. Kecuali kalau kita bisa mendapatkan vaksin yang bisa memproteksi seluruh populasi," ujar Doni, sapaan Riris Andono Ahmad, saat ditemui di Kantor BPBD DIY, Rabu 22 April 2020.


Kemudian, dia juga mengatakan masyarakat harus mulai beradaptasi dengan pandemi yang terjadi saat ini. Menurutnya, corona ini tidak seperti antraks atau demam berdarah yang outbreak atau wabahnya cenderung sikat. 


"Yang perlu mulai kita internalisasi bahwa kita mulai harus beradaptasi dengan penyakit ini sampai beberapa waktu ke depan," katanya. 


"Kalau bisa menghentikan maka itu akan terhenti. Nah kalau kita biarkan tanpa ada apapun dia semakin meningkat bisa jadi akan arahnya mau tidak mau arahnya herd immunity. Tapi dengan situasi terkontrol. Kalau tidak melakukan ataupun herd immunity bisa tercapai cepat tapi korban terlalu besar," ujarnya.


Menurutnya, paling efektif tetap pada sosial distancing maka reduksi transmisi dari waktu ke waktu. 


"Yang diprediksikan ilmuwan Harvard kita perlu social distancing cukup lama satu dua tahun ke depan. Sampai kemudian besar populasi tersebar mencapai herd immunity kemudian menjadi seperti flu biasa," ucapnya.


Herd immunity ini menurut Doni, merupakan salah satu skenario yang patut dipikirkan pemangku kebijakan selain juga menemukan vaksin yang efektif. 


Penemuan vaksin, menurutnya tentu bukan tanpa persoalan. Masih perlu dipikirkan seperti skala produksi vaksin dan lain sebagainya.


"Tapi isunya tidak hanya ditemukan vaksin tapi skala produksinya bagaimana. Mungkin dari sisi praktis pengambil kebijakan sebagainya perlu skenario (herd immunity). Ini adalah bencana one time tetapi kita mengubah mindset bagaimana beradaptasi situasi ini setahun dua tahun ke depan. Itu bagian dari skenario yang perlu kita lihat," kata Doni.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30