Negara Indonesia kita ketahui banyak terdapat gua, tetapi gua misteri yang berada di Sumatera Utara (Sumut) ini berbeda dengan gua-gua yang ada di Indonesia.
Gua misteri bernama Gua Kembar ini tidak ketahuan di mana ujungnya, dan ada patung-patung dan ritual tertentu.
Tak seperti kebanyakan desa di wilayahnya, Desa Adin Tengah memiliki patung-patung batu sebagai bagian dari sejarah pendirian desa. Warga kerap menggelar ritual kecil di sana, dan kini patung-patung itu seolah memanggil wisatawan untuk datang.
Patung-patung itu terpahat pada dinding batu yang berada dekat pintu masuk Gua Kembar, yakni dua gua dengan pintu masuk yang mirip satu sama lain. Lokasinya berada di pinggiran hutan Dusun Tambak Tajoh, Desa Adin Tengah, Kecamatan Salapian, Kabupaten Langkat, Sumatera Utara, sekitar 80 kilometer dari Medan.
Dari ujung desa, harus berjalan kaki sekitar lima belas menit, melewati jalur menurun hingga tiba di kolam aliran anak sungai yang jatuhan airnya membentuk air terjun mini. Dari sini, lanjut melewati jalan setapak, menanjak sejauh dua puluh meter dan nampaklah jejeran patung-patung itu.
Ada sepuluh patung di komplek itu. Sebagian besar masih berselimut lumut. Patung-patung itu terutama mendeskripsikan tentang sosok pendiri kampung atau simantek kuta, dan sistem kekerabatan yang ada di desa itu. Patung pertama adalah patung pria yang merupakan patung Toga Sembiring Brahmana, sang pendiri desa. Sosoknya terlihat mengenakan peci. Di samping kiri patung utama, ada patung ibu dan anaknya, kemudian beberapa patung anak.
Berbeda dengan patung utama yang terkesan mengenakan pakaian karena menggunakan peci, patung si ibu terlihat tidak mengenakan pakaian. Selain itu ada beberapa patung lagi, juga relief kapak dan kepala banteng, serta tulisan 'MEN' dan tulisan '1971' yang menjelaskan waktu pembuatan patung-patung itu.
Terpisah dari dinding utama, ada beberapa patung lagi, persis di bawah mulut gua. Namun identitas kelamin pada patung itu tidak bisa dipastikan karena bagian kepala sudah hilang. Satu patung di dindin utama juga sudah hilang bagian kepalanya.
Sejarawan Universitas Sumatera Utara (USU), Suprayetno pernah menyatakan, sebagai bagian dari sejarah berdirinya desa, maka patung-patung batu itu tentu memiliki daya tarik sendiri. Apalagi posisinya yang berada di bentang alam yang hijau. Dan disebut masih misteri , karena disebut tembus hingga ke wilayah Kabupaten Karo.
Dikatakan Suprayetno, bisa jadi dahulu gua-gua ini merupakan jalur migrasi penduduk dari dataran tinggi Karo menuju kawasan Langkat ini, termasuk si pendiri desa. Sebab itu, diperlukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan kepastian, termasuk kebenaran gua bisa tembus hingga ke Desa Penampen, Kecamatan Tiganderket, Karo.
Setelah puluhan tahun, di areal patung-patung itu, terkadang ada warga yang melakukan ritual kecil, ritual yang bersifat perorangan. Menyalakan sebatang rokok diletakkan pada ranting kayu. Di saat asap rokok itu meliuk ke atas dan lenyap disesap hutan, saat bersamaan permohonan disampaikan.
Gua itu belum dieksplorasi. Kondisinya gelap dan banyak dihuni kelewar. Warga desa juga menyebut gua ini sebagai Gua Umang, yang bermakna gua hantu. Ada banyak cerita magis yang melingkupinya.