Preman berasal dari bahasa Belanda, yakni vrijman yang berarti orang bebas. Namun belakangan arti makna tersebut bergeser menjadi sebutan untuk merujuk kepada kegiatan sekolompok orang jahat (penodong, perampok, pemeras, dsb).
Berbicara tentang preman tentu tak terlepas dari kehidupan orang Karo dari Sumatera Utara. Bahkan salah satu diantara preman yang disebut-sebut paling ditakuti dalam sejarah dunia 'pasaran' di Indonesia adalah seorang putra dari Tanah Karo, yakni almarhum Jhony Sembiring.
Selain kiprah Jhony Sembiring, keberadaan preman juga tidak terlapas dari kehidupan orang-orang Karo lainnya. Sebagaimana artikel yang dirilis Majalah Gatra edisi 9 Maret 1996 dengan judul "Preman, Aksi Balasan di Padang Bulan" merupakan salah satu yang turut memperjelas.
Dalam pemberitaan Majalah Gatra, dituliskan bahwa tak kurang 120 prajurit Batalyon Kaveleri VI/Serbu, Medan menggelar "operasi dadakan". Sebagian dari mereka mengenakan seragam lapangan loreng, yang lain berpakaian preman. Sasaran mereka adalah para preman yang biasa mangkal di sepanjang Jalan Djamin Ginting (Padang Bulan). Mereka marah atas kematian Sukandi, rekan mereka, yang tewas ditikam oleh Adil Ablita Sembiring, preman setempat.
Ketegangan antara Kaveleri dan warga Padang Bulan yang mayoritas orang Karo memang akhirnya berakhir damai. Pangdam Bukit Barisan Mayor Jenderal TNI Sedaryanto turun tangan. Ia mengunjungi Padang Bulan dan menemui para korban gara-gara ulah prajuritnya. Selain berjanji mengganti semua kerusakan yang timbul, sebagai pemimpin ia juga juga meminta maaf kepada masyarakat Padang Bulan.
Dari uraian dua kasus diatas, terlihat jelas bahwa darah 'preman' yang mengalir dalam tubuh orang Karo itu dulunya memang jelas nyata ada, meski belakangan bisa jadi sudah agak berkurang. Lalu, apa sebenarnya alasan orang Karo pada jaman dulu banyak menjadi preman, apakah memang ada rahasia tersembunyi dibaliknya?
Mungkin jawabannya ada benang merahnya sebagaimana salah satu artikel yang pernah dipublikasikan portal Gobatak.com berjudul "Cerita Guru Saman Seorang Jagoan dari Karo". Dalam artikel tersebut diulas tentang kehidupan Guru Saman sebagai seorang preman dan urak-urakan, bahkan tidak segan-segan membunuh orang.
Dalam artikel itu turut disebutkan, bahwa saat masa remaja, Guru Saman turut aktif belajar ilmu silat (ndikkar), bahkan menguasai ilmu kebal tahan tikam yang khas dari Taneh Karo Simalem.
Setelah semua ilmu yang diajakarkan gurunya dikuasai, kemudian muncul niat Guru Saman meninggalkan Tanah Karo menuju Tanah Tapanuli. Dengan ilmu yang dimiliki, membuat dirinya sangat berani kemana saja dikehendaki.
Meski kehidupan Guru Saman akhirnya berakhir tragis berujung kematian. Namun dari segala ilmu, termasuk ilmu kebal yang dia pelajari dari Tanah Karo ternyata membawa dirinya sempat ditakuti di daerah-daerah lain.
Lalu, kembali muncul pertanyaan berikutnya yang belum terjawab, apakah mungkin faktor ilmu kebal yang memang eksis di Tanah Karo menjadi salah satu penyebab banyaknya orang Karo berprofesi sebagai preman?