Pengamat hubungan internasional
dari Universitas Pelita Harapan Alex Jemadu menilai, dalam menyikapi penyebaran
virus corona, langkah tepat yang sesuai dengan standar WHO perlu diambil
pemerintah.
Alex juga menyarankan pemerintah
untuk melakukan lockdown wilayah sebagai upaya mengantisipasi penyebaran virus
corona.
"Saya kira lockdown bisa
menjadi opsi kalau memang di satu tempat sudah dilokalisasi tersebarnya ini.
Karena itu best practice negara lain supaya tidak terjadi penyebaran yang
spektakuler," kata Alex, Kamis 12Maret 2020.
Walaupun begitu, menurut Alex, akan
ada banyak kendala apabila pemerintah harus me-lockdown keseluruhan wilayah. Maka
dari itu, lockdown sebaiknya diterapkan di wilayah tertentu saja.
Pemerintah perlu mengidentifikasi
dan mengumumkan wilayah mana saja yang sudah terinfeksi virus corona, agar publik
lebih dulu mengatahui informasi tersebut.
"Kita harus preemptif dan
preventif, harus memberikan komunikasi yang transparan. Barisan pemerintah ini
harus memiliki respons standar, siapa berbuat apa, siapa melakukan apa. Jangan
terkesan setelah diberitakan dunia internasional baru bergerak," papar
Alex.
Pada Rabu 11 maret 2020, WHO
resmi mengumumkan wabah Covid-19 sebagai pandemi global. Hal ini dilakukan
karena virus corona telah menginfeksi lebih dari 126.000 orang di 123 negara
dalam kurun waktu tiga bulan.
"Dalam dua minggu terakhir
jumlah kasus di luar China telah meningkat tiga belas kali lipat dan jumlah
negara yang terkena dampak meningkat tiga kali lipat," kata Direktur
Jenderal WHO Dr. Tedros Adhanom Ghebreyesusus dalam konferensi pers di Jenewa.
"Dalam beberapa hari hingga
minggu ke depan, kami melihat kemungkinan jumlah kasus, jumlah kematian, dan
jumlah negara terdampak akan melonjak lebih tinggi," tambah Tedros.
Tedros menjelaskan jika beberapa
negara telah berhasil menekan dan mengendalikan wabah. Akan tetapi, ia merasa
prihatin terhadap beberapa pemimpin negara yang lamban dalam melakukan
pencegahan .
"Kami sangat prihatin dengan
tingkat penyebaran dan keparahan yang mengkhawatirkan dan juga pencegahan yang
lamban. Padahal kami telah 'membunyikan alarm' yang keras dan jelas," ujar
Tedros sebelum menyatakan Covid-19 sebagai pandemi.