Dokter Penanggung Jawab Pelayanan (DPJP) RSUP dr Kariadi, dr Fathur Nur Kholis menjelaskan pasien yang merupakan pria yang berusia 37 tahun meninggal dengan keadaan paru-paru mengalami kerusakan karenae infeksi dan saluran perbafasan.
"Jadi pasien itu meninggal karena paru-paru mengalami kerusakan, yang jelas bukan virus corona. Penyebab infeksi di paru-paru banyak sekali, bisa virus, bakteri, jamur atau makhluk hidup yang lain. Kasus yang kemarin meninggal bisa terjadi dengan sebab apapun, termasuk bakteri. Ini Bronkopneumonia, tingkat kematiannya memang tinggi," tutur Nur.
Terkait Bronkopneumonia, Nur menjelaskan, jika seseorang dengan indikasi tersebut maka mengalami peradangan di saluran pernapasan dan mengalami gangguan pernapasan.
"Kalau seseorang dengan Bronkopneumonia mengalami peradangan di saluran napas. Maka orang ini mengalami gangguan dalam bernapas sehingga tidak bisa mengambil oksigen dan tidak bisa keluarkan CO2, ini gagal napas," katanya.
Dia mengatakan, pasien dengan Bronkopneumonia bisa komoplikasi pada organ lainnya sehingga mengalami kerusakan. Sedangkan pada pasien yang meninggal hari Minggu 23 Februari 2020 lalu tingkat kerusakan paru-parunya cukup berat.
"Bapak yang kemarin meninggal tingkat Bronkopneumonia itu sangat berat, tingkat kerusakan paru-parunya cukup berat, kemungkinan penyebabnya bakteri," jelasnya.
Sementara itu terkait perlakuan isolasi dan sebagainya terhadap pasien tersebut, dilakukan terkait keamanan karena pasien sempat keluar negeri. Pasien itu baru pulang dari Spanyol kemudian Dubai dan kembali ke Indonesia.
"Memang pasien secara klinis memang kategori pasien dalam pengawasan karena ada riwayat dari luar negeri dan ada gejala gejala demam, batuk, sesak napas hingga gangguan pernapasan berat. Pasien dalam pengawasan dilakukan pemeriksaan sesuai arahan Kementerian Kesehatan dan pemeriksaan penunjang untuk cari penyebab adakah inveksi virus corona," kata Direktur Medik dan Keperawatan RSUP dr Kariadi Semarang, dr. Agoes Poerwoko, SpOG(K), MARS.
Hasil medis dari Puslitbangkes menyatakan pasien itu negatif virus covid-19 atau corona. Namun ketika hasil belum keluar, pasien sudah meninggal sehingga perlakuan dilakukan seolah korban positif.
"Sampai pasien ini meninggal perlakuan sama seperti positif. Begitu negatif, yang melakukan penanganan lega, tidak harus ada yang dikhawatirkan," tandasnya.