Baru-baru ini publik diramaikan dengan kabar Sekretaris Kabinet Pramono Anung yang melarang Presiden Jokowi untuk pergi ke Kediri. Ia khawatir dengan kemungkinan terburuk. Ia khawatir dengan mitos yang merebak di masyarakat. Bahwa setiap Presiden yang menginjakkan kaki di Kediri akan lengser sebelum waktunya.
Diketahui Pramono Anung mengatakan hal tersebut ketika berkunjung ke Kediri, Sabtu 15 Februari 2020. Ia datang bersama Menhub Budi Karya Sumadi dan Menteri PUPR Basuki Hadimuljono. Mereka meresmikan rusunawa di Ponpes Lirboyo, Kediri.
Kala itu, Sekretaris Kabinet itu memberikan sambutan di hadapan puluhan kiai sepuh pengasuh Ponpes Hidayatul Mubtadien, Lirboyo. Menurutnya, Kediri merupakan wilayah yang wingit (angker) untuk didatangi presiden.
"Ngapunten (maaf), Kiai, saya termasuk orang yang melarang Pak Presiden untuk berkunjung di Kediri," ucap Pramono.
Bukan sulap bukan sihir, mitos tersebut sudah lama dipercaya oleh warga Kediri sendiri. Dalam kasus ini lengsernya Presiden Soekarno, BJ Habibie dan Abdurrahman Wahid (Gus Dur) kerap dikaitkan dengan mitos ini.
Kisah yang paling melekat di masyarakat adalah ketika Gus Dur dimakzulkan oleh MPR pada 23 Juli 2001. Dimana tiga hari sebelumnya Presiden Abdurrahman Wahid mengunjungi Pondok Pesantren Lirboyo.
Polemik tersebut pun ramai dibicarakan warganet di Twitter dan dihubungkan dengan kutukan di era Ratu Shima dari Kerajaan Kalingga.
Lantas seperti apa kisah historisnya? Berikut ulasannya.
Ratu Shima merupakan penguasa Kerajaan Kalingga (Abad ke-6 hingga abad ke-7 M). Takhtanya terletak di pesisir utara Jawa Tengah. Sumber sejarah tentang kerajaan itu terbilang minim. Mayoritas justru berasal dari catatan Dinasti Tang.
Ratu Shima disebut-sebut memiliki suami bernama Kartikea Singha. Kartikea diyakini telah membuat kutukan untuk para penguasa lalim yang bertandang ke Kediri. Kutukannya berbunyi seperti ini:
“Siapa kepala negara yang tidak suci benar masuk wilayah Kota Kediri maka dia akan jatuh”
Narasi kutukan itu sebenarnya berasal dari penuturan Kiai Ngabehi Agus Sunyoto. Ia merupakan budayawan sekaligus penulis buku Atlas Walisongo. Penuturan Kiai Ngabehi itu berasal dari cuplikan wawancara dengan merdeka.com pada 18 Mei 2014.
Berdasarkan makalah berjudul ‘Kuasa Perempuan dalam Sejarah Indonesia Kuna’ (2016) yang ditulis Ufi Saraswati dari UNS, kerajaan Kalingga bahkan merupakan anomali dalam sejarah Indonesia. Itu karena kerajaan tersebut merupakan kerajaan pertama yang diperintah oleh seorang perempuan.
Dalam makalah itu pula dikisahkan bahwa orang Ta-Shih (China) pada tahun 674 mengurungkan niatnya untuk menyerang kerajaan tersebut. Ini disebabkan kekuasaan Kalingga yang begitu perkasa.
Di bawah pemerintahan Ratu Shima, Kerajaan Kalingga menjadi pemerintahan yang sangat menjunjung tinggi hukum. Ratu Shima adalah sosok yang adil. Ia bahkan berani menghukum anaknya sendiri.