Kabar duka kembali menyapa Indonesia dengan wafatnya seorang sastrawan ternama bernama Umbu Landu Parangggi yang telah wafat pada Selasa 6 April 2021 di Denpasar, Bali pada Pukul 03.55 Wita.
Tidak banyak yang mengetahui, seorang Umbu Landu Parnaggi merupakan sosok seorang ningrat Sumba dan mempunyai gaya pacaran yang otentik.
Umbu Landu Paranggi meninggal di usia 77 tahun setelah diawat di RS Bali Mandara sejak Sabtu, 3 April 2021.
Fakta tersebut diungkapkan oleh salah seorang sahabat terdekatnya, Emha Ainun Najib atau yang lebih dikenal Cak Nun.
Saking ningratnya, Umbu Landu Paranggi kata Cak Nun kerap kali mewariskan pakaian jins yang sangat mahal kala itu kepada murid-muridnya saat menerima wasel dengan nominal yang cukup fantastis.
Begitu juga Umbu Landu Paranggi di mata Eko Tunas yang juga merupakan salah satu muridnya.
Umbu Landu Paranggi, menurut penuturan Eko Tunas, saat itu bekerja sebagai seorang redaktur yang cukup sibuk namun dapat membagi waktu untuk mewadahi para penyair dan sastrawan yang berpusat di Malioboro, Yogyakarta.
Baca Juga: Innalillahi, Presiden Malioboro atau Penyair Umbu Landu Paranggi Meninggal Dunia di Bali
Sebagai seorang yang normal, Umbu Landu Paranggi juga sempat tertarik pada seorang mahasiswa seni rupa.
Kala itu, Cak Nun bercerita, saat ingin berpacaran, Umbu Landu Paranggi selalu memanggilnya dan berjalan menunu trotoar.
Kemudian, seorang Umbu Landu Paranggi hanya melihat perempuan puajaan hatinya dari seberang jalan dan rasa kangen tersebut hilang.
Bahkan, kata Eko Tunas, gaya pacaran Umbu Landu Paranggi yang seorang ningrat merupakan gaya pacaran yang otentik karena menghormati perempuan yang dia taksir meski tak berani mengungkapkannya.
Suatu hari saat musim liburan tiba, Umbu Landu berpamitan dengan Cak Nun untuk pergi ke Surabaya untuk mengobati rasa rindunya kepada perempuan.
Namun sesampainya di Surabaya, pemilik gaya pacaran otentik ini hanya ingin melewati rumahnya agar rasa rindu tersebut terbalas.
Begitu juga saat menunggu perempuan yang dia taksir. pria yang dijuluki Presiden Malioboro ini rela berdiam tanpa suara dengan kopi sebagai teman dan melihat sebuah titik menunggu bus malam yang mengantarkan perempuan tersebut tiba di Yogyakarta dari Surabaya.
Sesaat perempuan yang ditaksir oleh seorang Umbu Landu Paranggi tiba, ia hanya memandangnya sampai perempuan tersebut tak terjangkau oleh mata.