Gunung Hajo yang berada di Tol Cipularang (Cikampek - Purwakarta - Padalarang) yang merupakan penghubung Jakarta dan Bandung memiliki cerita misteri tentang mobil gaib.
Ketua Presidium FKPPAI (Forum Keluarga Paranormal dan Penyembuh Alternatif Indonesia) yang tinggal di Cikarang bernama Ustadz Aziz Hidayatullah mengatakan, Cipularang sudah memakan banyak sekali korban jiwa. Salah satu dugaan angkernya jalanan ini karena Cipularang dibangun melintasi gunung Hejo yang oleh masyarakat setempat dianggap sebagai kerajaan mistis.
Baca Juga: Deretan Cerita Mistis Tol Cipularang, Dijuluki Jalur Iblis dan Sering Makan Korban
Dikatakannya, pada ruas KM 60 - KM 100, ada banyak cerita-cerita angker yang membuat pengendara harus waspada melintasi.
Beberapa di antaranya adalah adanya mobil misterus yang selalu memberikan sorotan lampu padahal saat dilihat, tak ada satupun mobil di belakangnya.
"Lalu cerita penumpang misterius, hingga bau kemenyan di kilometer 64," ucapnya.
Mobil gaib tersebut katanya sering menganggu pengguna jalan Tol Cipularang dengan cara mengedip-ngedipkan lampu beam secara berulang-ulang kali di malam hari sebagai tanda ingin menyalip mobil di depannya.
Tapi, tidak lama kemudian, setelah pengemudi melihat ke arah belakang, tiba-tiba mobil gaib tersebut menghilang tanpa jejak. Lebih mengagetkan, ketika pengemudi melihat ke depan sudah ada truk besar atau mobil lainnya.
Banyak orang yang percaya bahwa penampakan mobil gaib atau mobil hantu ini adalah salah satu jelmaan makhluk gaib di Tol Cipularang yang ingin menganggu dan mencelakaan penguna jalan dengan cara memecah konsentrasi para penguna jalan yang sedang melewati kawasan tersebut.
Juga banyak pengguna jalan yang mengaku pernah mengalami fenomena aneh, biasanya mereka tiba-tiba merasa ngantuk, bahkan ada penguna jalan yang pernah kehilangan kesadaran hingga terjadi kecelakaan.
"Rasa ngantuk ini biasanya mulai terasa ketika memasuki KM 90. Anehnya, setelah sudah melewati KM 100 rasa ngantuk tersebut akan hilang begitu saja, bahkan mereka juga merasa badannya segar bugar," katanya.
Penduduk setempat sering mengkait-kaitkan berbagai kejadian-kejadian mistis di jalan Tol Cipularang ini dengan penghuni gaib di Gunung Hejo. Dulunya, gunung ini dikenal sebagai tempat petilasan atau tempat pemujaan saat prabu Siliwangi masih berkuasa.
Ceritanya, gunung ini sempat mau diratakan untuk memperpendek jalan Tol Cipularang, tapi karena beberapa alasan dan pertimbangan, ide tersebut dibatalkan. Akhirnya, jalan tol dibelokan sedikit atau dibuat melingkari Gunung Hejo.
"Kabar yang beredar, saat masih dalam proses pembangunan jalan tol ini, ada beberapa pekerja yang mengalami kesurupan di sekitar Gunung Hejo ," terangnya.
Baca Juga: Deretan Cerita Mistis Tol Cipularang, Dijuluki Jalur Iblis dan Sering Makan Korban
Disebut-sebut di kawasan itu terdapat poros gaib yang kerap meminta tumbal dari pengguna jalan yang melintasi ruas tersebut. Posisinya berada di sekitar Gunung Hejo .
"Banyak yang menghubungkan keangkeran di Jalan Tol Cipularang dengan keberadaan makam yang ada di Gunung Hejo di KM 96,"ucapnya.
Masyarakat Purwakarta mengenal Gunung Hejo sebagai daerah ritual pemujaan. Tempat ziarah yang selalu dikunjungi orang itu merupakan bangunan berbentuk makam.
Versi lain menyebutkan bangunan itu sebenarnya bukan makam tapi tempat petilasan. Bangunan mirip makam itu merupakan kebaikan dari orang Sumedang yang berhasil setelah berziarah ke sini.
"Keramat Gunung Hejo dulunya adalah tempat bertapa Prabu Siliwangi ," ungkapnya.
Dijelaskannya, di Gunung Hejo itu tidak ada makam orang suci ataupun wali tapi di sana sebagai tempat Patilasan Kasuhunan Prabu Siliwangi. Cerita orang tua dulu bahwa Prabu Siliwangi menjadikan Gunung Hejo sebagai tempat untuk mencari wangsit.
Baca Juga: Cerita Misteri Sebuah Lonceng di Kantor Damkar Surabaya, Bila Dimainkan akan Terjadi Kebakaran Besar
Dikisahkan saat itu Prabu Siliwangi dalam kondisi yang kalut karena kondisi Kerajaan Pajajaran yang mulai redup. Maka Prabu Siliwangi bertapa di gunung Hejo yang dipercaya terdapat jejak “karuhun” sunda.
Tempat patilasan Prabu Siliwangi itu merupakan puser dayeuh berupa seonggok batu yang menutup lubang yang sangat dalam.