Hendri Kusuma penjaga ruang jenazah di Rumah Sakit Siti Aisyah (RSSA) Lubuklinggau, memiliki kisah mistis yang tak biasa dan membuatnya ketakutan.
Saat itu, ia mengurusi jenazah korban dihakimi massa karena mencuri kambing.
Baca Juga: Kisah Mistis Driver Ojol Sukabumi, Dilaporkan Hilang Setelah Diorder Penumpang Misterius
"Itu kalau tidak salah kejadian tahun 2015. Ada mayat namanya Marawi kejadiannya di Talang Betung Kecamatan Tugu Mulyo kasusnya saat itu kalau tidak salah Maling kambing," kata Hendri.
Hendri mengatakan kejadian ganjil saat membersihkan mayat tesebut. Secara mendadak, mayat Marawi berubah dipenuhi bulu-bulu halus di seluruh badan.
"Berubahnya saat itu badannya tumbuh bulu. Hampir seluruh badannya. Itulah saat mau diambil keluarganya juga tidak mengenali. Padahal itu jelas Marawi asli, kebetulan saya kenal orangnya," ujarnya.
Baca Juga: Cerita Mistis Tunggul Ulin di Sungai Banyiur, Konon Dihuni Sosok Misterius ini
Hendri merupakan penjaga ruang pemulasaran jenazah di Rumah Sakit Siti Aisyah (RSSA) Lubuklinggau. Hendri panggilan akrabnya, telah bekerja sebagai penjaga kamar pemulasaran jenazah RS milik Pemkot Lubuklinggau Sumsel sejak enam tahun lalu.
Pria lulusan SMA ini berhadapan dengan jenazah telah biasa. Mulai dari jenazah yang tubuhnya masih normal, hingga tidak normal, bahkan kadang tidak lengkap anggota tubuhnya.
Hendri mengaku sempat takut saat awal bertugas pertama kali di ruang pemulasaran jenazah. Pasalnya, pekerjaannya tersebut merupakan pekerjaan yang tak lazim untuk orang biasa.
"Takut-takut itu sekitar dua bulan lah, kalau bahasa Jawanya sawan, tapi lama-lama tidak lagi jadi biasa, seiring sering mandikan jenazah," ujarnya.
Sebagai petugas di ruang pemulasaran jenazah Hendri mengaku selalu on call 1 x 24 jam. Ketika ada mayat di RS, Ia langsung datang dan tidak mengenal lebaran atau pun tahun baru. Bahkan Hendri mengaku ketika awal-awal pandemi Covid-19 pernah tidur di kamar jenazah selama empat bulan dan tak pulang ke rumah.
Hal itu dilakukannya sebagai antisipasi adanya pasien Covid-19 yang meninggal dunia.
"Kalau pribadi tidak ada rasa takut karena sejak masuk, selalu doa baca alfatihah dengan ayat kursi, namanya kita kerja menghadapi berbagai macam mayat dari berbagai latar belakang," ungkapnya.
Menurutnya kunci utama ia bisa betah hingga sampai saat ini adalah bekerja ikhlas, dari dalam hati harus diniatkan untuk membantu sesama, apalagi waktu awal pandemi kemarin semua orang ketakutan.
"Tapi saya tetap bekerja, saat itu saya kerja sendiri tidak ada teman, saya pakai APD saya kapani saya shalatkan, semua orang bilang nanti tertular, tapi yakin alhamdulillah belum pernah, swab selalu negatif," ungkapnya.
Baca Juga: Kisah Mistis Seorang Pria di RSK Tayu, Dengar Suara Orang Mandi Tapi Tak Ada Wujudnya
Hendri pun mengaku dalam sehari pernah mengurus jenazah paisen Covid-19 hingga dua orang. Akibatnya saat itu Hendra jatuh sakit dan harus istirahat beberapa hari.
"Kalau dipikir wajar demam karena mandi berkali-kali, sampai dua kali sampai tiga kali sehabis ngurus jenazah, saat itu kadang dua jenazah, mandi bisa sampai enam kali sehari, wajar sakit," ujarnya.