Jembatan Bulu yang berada di perbatasan Dukuh Maron dan Dukuh Bulu di Desa Karanganyar, Sambungmacan, Sragen, memiliki cerita misteri.
Jembatan Bulu dibangun pada 1998 oleh Kepala Desa Karanganyar yang saat itu dijabat oleh Joko Widodo, 69.
Pembangunan jembatan itu dilakukan saat Indonesia dilanda krisis moneter atau pada masa runtuhnya Orde Baru. Di tengah situasi ekonomi yang serba sulit, Joko Widodo tidak ingin menunda pembangunan Jembatan Bulu.
Sebagai kepala desa, ia merasa kasihan dengan warganya yang harus memutar arah atau rela menyeberangi Sungai Kenatan untuk menuju pasar atau menuju ladang mereka. Karena pembangunan Jembatan Bulu itu sudah direncanakan jauh-jauh hari, Joko Widodo tidak berpikir untuk menunda pembangunannya.
“Saya tidak ingat berapa dana yang dipakai untuk membangun jembatan itu. Karena dibangun secara swadaya, biaya yang dibutuhkan tidak besar,” kenang Joko Widodo.
Kisah mistis datang saat pembangunan jembatan itu akan dimulai. Pada malam hari sebelum jembatan dibangun, debit air Sungai Kenatan tiba-tiba bertambah. Tingginya intensitas hujan di daerah hulu membuat Sungai Kenatan penuh air.
Padahal, proyek penggalian fondasi jembatan akan dimulai pada keesokan harinya. Joko Widodo pun berikhtiar supaya air di Sungai Kenatan lekas surut sehingga tidak mengganggu proses pembangunan.
Salah satu ikhtiar yang dijalaninya ialah dengan kungkum atau berendam diri di sungai itu selama berjam-jam pada malam hari.
“Saat saya kungkum, ketinggan airnya sampai satu leher. Itu adalah salah satu ikhtiar yang bisa saya lakukan sebagai orang Jawa,” papar Joko Widodo.
Ajaibnya, keesokan harinya, air di Sungai Kenatan benar-benar surut. Bahkan, dari dasar sungai itu, warga menemukan banyak pasir. Kemungkinan pasir itu dibawa oleh arus air yang cukup deras semalaman. Pasir itu menjadi berkah bagi warga sekitar.
Pasir itu cukup melimpah. Warga tidak perlu membeli pasir untuk membangun jembatan karena pasir itu sudah tersedia dengan sendirinya. Dengan begitu, anggaran pembangunan jembatan itu bisa lebih hemat. Oleh karenanya, warga sekitar percaya ada kekuatan mistis yang membantu warga membangun Jembatan Bulu itu secara swadaya.
“Nuansa mistis memang tidak lepas dari Jembatan Bulu. Di dekat jembatan bulu itu terdapat masjid yang di belakangnya terdapat banyak makam tua. Konon, orang-orang yang dimakamkan di sana adalah ulama dari Keraton Surakarta,” jelas Samin, warga Desa Karanganyar.