Jembatan Sinoa yang terletak di desa Bonto Maccini, Kecamatan Sinoa, Kabupaten Bantaeng Sulawesi Selatan, dicap angker dan memiliki cerita mistis.
Cerita horor di jembatan itu hingga kini masih menyebar dari telinga ke telinga masyarakat. Kisah itu semakin terasa nyata ketika terjadinya beberapa adegan dramatis saat renovasi jembatan.
Kabarnya, para penunggu sungai yang berada tepat di bawah jembatan mengamuk dan merasuki raga sejumlah warga yang berada di sekitar proyek perbaikan jembatan itu.
Baca Juga: Kisah Misteri Desa Kulam, Konon Pernah Puluhan Kuli Hilang dan Dipercaya Dibawa Makhluk Gaib
Mamang salah satu warga sekitar mengakui banyak cerita-cerita tentang Kabupaten Bantaeng di masa lalu yang sudah jarang didengarkan saat ini. Termasuk, cerita tentang penunggu jembatan Sinoa.
"Jembatan itu seperti kerajaan. Di situ ada sosok yang dituakan oleh para penunggu lain," katanya.
Konon, sosok gaib itu tersebut benar-benar dihormati oleh penunggu lainnya. Jika sosok itu murka, maka para penunggu lainnya akan gelisah. Wujud kegelisahan kadang ditandai dengan semakin seringnya mereka berbuat usil pada setiap orang yang melintas di jembatan itu.
Baca Juga: Cerita Misteri Rumah Pengabdi Setan di Bandung, Konon Dihuni Hantu Si Merah
Terkadang, kata Mamang, sosok makhluk halus itu pernah muncul menyerupai orang tua. Dia berdiri dekat gapura yang berada tak jauh dari jembatan itu. Ada juga yang muncul dengan sosok orang berbungkuk yang jongkok atau berdiri dengan posisi kaki menggantung tidak menyentuh tanah di salah satu sisi jembatan.
Mahluk-mahluk halus seperti sosok kuntilanak juga kerap berlalu lalang di sana. Konon, ada belasan hingga puluhan kuntilanak menghuni pepohonan besar yang tumbuh di sekitar sungai.
"Dulu waktu perbaikan jembatan banyak yang kesurupan, yang jaga di situ orang tua bersurban duduk di atas batu, itu yang penguasa di sana," katanya.
Konon, sosok lelaki tua bersurban itu marah karena sungai menjadi kotor. Orang-orang membuang sampah di sisi jembatan dan mengotori air sungai. Semua itu diutarakan oleh salah seorang warga yang pernah kerasukan salah satu makhluk penunggu jembatan.
Menurut Mamang, pengerjaan proyek jembatan terganggu ulah makhluk gaib. Ada saja kejadian yang membuat pengerjaan jembatan terbengkalai. Bambu penyangga jatuh, bagian pengecoran juga kerap roboh sebelum kering.
Pernah salah satu warga yang kerasukan meminta seluruh penduduk desa dan pemerintah setempat untuk membersihkan sungai. Sampah diangkut agar aliran sungai kembali jernih.
"Akhirnya semua kerja bakti, dan batu yang katanya menjadi tempat menetap sosok bersurban itu dihancurkan. Bebatuannya dijadikan bahan pondasi," tuturnya.
Saat ini, akses jembatan sudah bisa dilalui. Namun sosok-sosok astral penghuni jembatan tetap berada di tempatnya. Sejak peristiwa kesurupan terakhir kali, hingga kini tidak lagi ada kejadian-kejadian aneh di sana.
Meski, beberapa orang yang peka dengan kehadiran mahluk halus masih merasakan kondisi area tersebut masih dipadati penunggu.
Anna, perempuan berusia 29 tahun, salah seorang warga Kecamatan Bantaeng, Kabupaten Bantaeng, juga memberi kesaksian pengalaman mistisnya saat lewat di jembatan Sinoa.
Anna adalah seorang pedagang aksesoris dan kosmetik, yang melapak secara daring di media sosial miliknya. Dia telah terbiasa mengendarai sepeda motor hingga ke desa-desa untuk mengantarkan pesanan barang milik pelanggan.
Suatu hari, ia memiliki orderan di salah satu perkampungan. Untuk menuju perkampungan tersebut, Anna harus melalui jembatan Sinoa yang terkenal angker itu ketika malam Jumat.
Sebelumnya, Anna telah banyak mendengar cerita-cerita seram dari orang-orang tentang jembatan itu. Berhubung waktu itu sudah sore, ia pun meminta bantuan suaminya untuk diantarkan ke tempat yang dituju.
Dalam perjalanan menuju lokasi tidak ada kendala. Gangguan penghuni jembatan angker itu justru ia rasakan ketika dalam perjalanan kembali menuju rumahnya atau selepas magrib berlalu.
"Saya tidak lihat penampakan apapun, tapi semakin dekat ke jembatan kata suamiku motornya semakin berat," katanya.
Laju motor suami Anna berjalan pelan. Semakin gas ditarik, semakin motor itu sulit untuk berjalan. Seperti ditindih oleh sesuatu yang sangat berat, atau seolah bannya ditarik ribuan tangan sehingga berat untuk berputar di aspal.
Anna mulai cemas, ia terus menerus beristigfar dalam hati. Air matanya mulai menetes, pikirannya melayang pada dua orang anaknya yang menunggu kepulangan mereka di rumah.
Baca Juga: Kisah Misteri Penunggu Gaib Tambang Emas di Papua
"Waktu itu saya pejamkan mata dan terus beristigfar bertakbir, dan saya pikirkan anak-anak di rumah. Beberapa menit motor kami mulai berjala normal, saya menengok ke belakang dan jembatan itu sudah jauh dari pandangan di situlah saya mengucap syukur," katanya.
Hingga kini, ia tak lagi berani melewati jembatan tersebut saat sore dan malam hari, apalagi seorang diri. Ia masih trauma setelah menerima gangguan pada waktu itu. Kendati kejadian tersebut telah lama berlalu.