Kisah Mistis Topeng Celuluk di Puri Ubud, Sering Terjadi Kejadian Aneh ini

Kisah Mistis Topeng Celuluk di Puri Ubud, Sering Terjadi Kejadian Aneh ini

Ekel Suranta Sembiring
2020-12-19 16:09:18
Kisah Mistis Topeng Celuluk di Puri Ubud, Sering Terjadi Kejadian Aneh ini
Cok Ace saat memegang sebuah tapel (foto: Fb Cok Ace)

Topeng Celuluk yang berada di Puri Saren Kauh, Ubud, Gianyar, Bali, memiliki kisah mistis yang tak biasa. Kisah mistis itu diceritakan Wakil Gubernur Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati. 

Pria yang akrab disapa Cok Ace ini, menjelaskan awalnya topeng celuluk ini diberikan ke orang Kanada.

“Saat saya menangani project hotel di Nusa Dua, dan kebetulan konsultannya adalah orang dari Kanada. Lalu ia bercerita ia mendapatkan hadiah topeng celuluk tahun 70-an dari seorang pemangku yang menyelenggarakan pernikahannya saat itu,” jelasnya.

Baca Juga: Penampakan Sosok Kuntilanak Membonceng Pemotor di Depok Viral di Media Sosial, Begini Cerita Misteri dari Warga

Ternyata setelah dibawa ke Kanada, topeng ini menunjukkan keanehan dan seolah-olah ia hidup. Seperti lepas dari gantungannya, lalu mulutnya bergerak-gerak sendiri.

“Konsultan ini berpindah-pindah ke beberapa negara, sempat ke Hongkong dan lain sebagainya. Ternyata topeng ini masih hidup terus, lalu ia menaruh topeng itu di dalam kotak saja,” imbuh panglingsir Puri Ubud ini. 

Akhirnya topeng itu dikembalikan ke Bali, karena ia tidak sanggup membawanya.

“Kemudian saya ditanya, apakah mau menerima topeng ini. Saya jawab saya mau,” katanya.

Kemudian dibawa ke Bali, dan saat itu Cok Ace sedang bekerja di Nusa Dua. Karena Cok Ace sedang bekerja di luar, dititiplah topeng ini di temannya di kantor. 

“Temen saya di kantor membawa pulang langsung ke rumahnya. Ia tidak tahu itu apa, karena diletakkan di dalam kotak layaknya kotak air mineral dan tertutup. Teman saya tidak tahu kotak apa. Katanya titip saja kepada saya,” imbuhnya.

Ketika dibawa pulang, lalu diletakkan di rumahnya. Keanehan pun terjadi, saat topeng ini dibawa ke rumahnya. 

“Malam harinya anak teman saya, menangis menjerit-jerit katanya dicari oleh seseorang dengan kepala botak ke kamar,” sebutnya.

Ketika sampai kedua kalinya anaknya menangis, akhirnya teman saya jadi panik,” jelas Ketua PHRI Bali ini.

Dibukalah bungkusan itu, dan sontak anaknya mengatakan bahwa topeng itulah yang mencarinya setiap malam. 

Cok Ace pun ditelepon temannya malam itu juga, dan mengatakan bahwa barang yang dititipkan oleh orang Kanada itu harus dikembalikan.

Temannya ini meminta agar malam itu juga diantar ke tempat Cok Ace.

“Kebetulan saya lagi rapat di Sanur, dan saya bilang besok saja. Tetapi teman saya tidak mau dan harus sekarang,” jelasnya. 

Dibawalah topeng itu ke Sanur, malam hari sekitar pukul 21.30 Wita. Cok Ace meninggalkan topeng ini di dalam mobil, dan kembali rapat.

Namun anehnya, klakson mobilnya terus berbunyi dan Cok Ace mengira ini pasti karena ulah topeng tersebut. Tanpa menunggu lagi, ia membawa topeng itu ke Ubud, tidak ditaruh di Denpasar. 

“Malam itu saya langsung ke Ubud, dan digantung di bale gede di Puri Ubud. Nah kan di depan bale gede itu banyak anak-anak tidur di sana. Paginya mereka cerita bahwa malamnya dilompati oleh topeng celuluk ini,” jelasnya.

Padahal Cok Ace belum menceritakan ihwal kedatangan topeng ini ke Ubud. Saat Cok Ace memperlihatkan topeng itu, semua anak-anak yakin itulah yang melompati mereka. 

“Saya bilang ke kakak sepupu saya di Puri Saren Kauh, saya tidak mampu untuk menjaga topeng ini karena harus bekerja. Saya meminta agar beliau yang merawat di Puri Saren Kauh,” tegasnya.

Begitu topeng ini digantung di Puri Saren Kauh, ternyata juga aktif dan sering terlihat sliwar-sliwer kesana-kemari.

Cok Ace pun berinisiatif, mengumumkan bagi siapa saja yang kehilangan topeng tersebut bisa mengambil ke Ubud. 

Namun hingga saat ini tidak ada yang datang dan mengakuinya. Sehingga topeng celuluk ini menjadi sungsungan jagat Ubud.

Dirawat di Puri Saren Kauh sampai sekarang, dengan bebantenan seperti saiban dan canang.

Baca Juga: Kisah Mistis Satu Keluarga Bertahun-tahun Huni Rumah Warisan, Kerap Diganggu Makhluk Halus

“Sampai sekarang menjadi sungsungan puri bahkan Desa Ubud dan sangat dihormati,” imbuhnya.

Terbukti ketika upacara di pura manapun di Ubud, baik itu Pura Kahyangan Tiga dan sebagainya pasti tedun dan masolah. 

“Biasanya kalau ada odalan di pura pasti tedun, bahkan di luar desa adat juga ida tedun. Masyarakat meminta ida turun, karena banyak yang melihat beliau masolah secara niskala,” imbuhnya.

Terakhir ketika beliau masolah di suatu desa di dekat Tegalalang bunga masnya tertinggal di dekat sana.

“Kebetulan pemangku pura di wilayah Bresela itu ikut menghias beliau sebelum masolah, lalu bunganya emasnya tertinggal,” katanya. 

Setelah itu, Cok Ace kerap mengecek rambut beliau ketika malam hari. Dan benar saja, rambutnya tidak pernah rapi dan kerap kotor.

“Saya pikir pasti ida kembali jalan-jalan,” katanya. Masyarakat Ubud yang tahu, memang kerap mendapati ida berkeliling. Dan tahu sekali tentang keunikan sesuhunan ini. Karena kerap keluar sendiri berkeliling Ubud. 

Cok Ace secara pribadi, mengaku tidak pernah mundut atau memakai topeng celuluk ini.

Pemundut terakhir topeng ini, sudah tiada dan merupakan seorang pemangku yang sangat lingsir atau tua.

Ia menceritakan, walau usianya sudah renta namun ketika mundut seakan-akan ada aura mistis dan kekuatan gaib yang membuatnya bisa berlari kesana-kemari.

“Makanya ketika ida (topeng celuluk) menari calon arang pasti banyak yang ingin melihatnya,” jelas Cok Ace. 

Ada masa di mana ketika topeng ini menari, dan dipakai oleh pemangku saat calon arang akan mencari orang yang dianggap sakti.

Sehingga pernah suatu waktu, akhirnya di Ubud saling curiga satu sama lain.

“Karena saya merasa dekat dengan beliau secara psikologis. Saya meminta beliau agar tidak menyebut dan mencari orang-orang yang sakti ini sehingga tidak menimbulkan polemik,” tegasnya. 

Hingga saat ini, beliau masih kerap menari saat calon arang dan bahkan sampai malam hingga pagi.

“Biasanya sampai pukul 00.00 Wita sampai 04.00 Wita keliling jalan, bahkan tidak saja di Ubud sampai ke Mas. Orang yang mengejarnya semisal pecalang harus menggunakan motor. Makanya di luar akal sehat, karena yang nyaluk tapel ini adalah pemangku tua dan bisa berlari berpuluh kilometer,” ujarnya. 

Cok Ace secara pribadi pun takjub, dan melihat itu sungguh luar biasa.

Baca Juga: Kisah Mistis Seorang Pemotor saat Melintas di Tengah Hutan, Ribut dengan Kuntilanak

“Kalau saya yang mundut ida, nyaluk topeng celuluk ini rasanya belum sanggup berlari sejauh itu,” jelasnya.

Cok Ace sendiri memilih mundut rangda, dan telah dilakoni sejak tahun tahun 1990-an.

Cok Ace awalnya memberanikan diri mundut rangda di Pura Batur Sari, yang merupakan pura kahyangan jagat atau desa.

“Itu rangda pertama yang saya pundut karena tidak ada yang berani mundutnya,” jelasnya. 

Memang background Cok Ace adalah penari topeng. Dan itu memberanikan dirinya mundut rangda, karena tidak ada yang berani.

“Saya juga diminta oleh pedanda di Padang Tegal untuk mundut saat itu. Saya pundut, dan antara sadar tidak sadar akhirnya aura magis merasuki dirinya. Ia konon berlari-lari ke perempatan, dan dengan pakaian serta tapel rangda yang sangat berat tidak menjadi beban sama sekali. 

“Sampai sekarang saya masih masolah, hanya karena pandemi ini saja saya berhenti sebentar,” katanya.

Kejadian mistis sering dialaminya, seperti dicari oleh sesuhunan rangda tersebut.

“Cukup sering dan terkadang penampakannya sangat real atau nyata. Saya memang senang ke pura. Ada banyak pura yang belum saya datangi, belum ada kesempatan ke sana,” jelasnya.


Share :