Menara Air UI yang berdekatan dengan gedung perpustakaan lama yang kini menjadi pusat arsip, Fakultas Ilmu Budaya (FIB) dan Perguruan Negeri Jakarta (PNJ), menyimpan cerita mistis. Bahkan, menara air ini disebut-sebut sering terjadi penampakan gaib usil.
Salah satu satpam FIB UI bernama Agus mengatakan, lokasi menara air tersebut dulunya bekas makam. Dan dulunya menara air tersebut berfungsi tapi sekarang sudah dijadikan penguat sinyal.
Baca Juga: Cerita Mistis Villa Rosa di Depok, Dihuni Sosok Gaib Mencari Tumbal
“Menara air dulunya memang bekas makam. Sekitar tahun 70an ada sekitar lima TPU (Tempat Pemakaman Umum) berjumlah ratusan makam yang dibebaskan. Kawasan makam tersebut di pindah ke daerah Beji Timur karena lokasinya mau dibangun. Dulunya menara air ini berfungsi, tapi sekarang sudah dijadikan penguat sinyal. Biasanya kalau lewat menara air tuh saya sering merasa ada yang aneh. Kalau saya balik malam, pas lewat menara air auranya jadi beda, rasanya jadi lebih dingin dan lembab dan gelap”, ujar Agus.
Kejadian-kejadian mistis sering terjadi di tempat ini, mulai dari aura lembab, bau kentang, suara tertawa hingga penampakan sering kerap terjadi di area ini dan cukup. Adapun sosok-sosok yang sering muncul adalah pocong yang sering Nampak di samping menara air, gondoruwo yang sering berdiri di jalan persimpangan menara air hingga kejadian yang paling viral adalah cerita sosok kuntilanak atau kunti yang pernah terlihat terjun dari atas menara air. Kisah penampakan ini mungkin sudah tidak baru lagi bagi warga kampus.
Menurut salah satu mahasiswa yang mengerti tentang hal-hal gaib, lokasi menara air jadi salah satu spot paling angker di Universitas Indonesia.
Baca Juga: Kisah Mistis Seorang Ibu Warga Karangsong Indramayu, Keserupan Nyi Roro Kidul dan Minta Tumbal
“Saya sering lihat wujud kunti di atas menara air kalau pulang malam lewat situ. Biasanya mereka sering gangguin orang-orang yang lewat, apalagi yang naik motor. Waktu tahun 2015, saya pernah lihat kunti sedang numpang (boncengan) di belakang motor yang lewat, terus hilang”, ujar Setiawan seorang mahasiswa Filsafat.