Seram! Kisah Misteri Stasiun Tugu yang Konon Suka Minta Tumbal

Seram! Kisah Misteri Stasiun Tugu yang Konon Suka Minta Tumbal

Alpandi Pinem
2020-10-15 20:56:30
Seram! Kisah Misteri Stasiun Tugu yang Konon Suka Minta Tumbal
Stasiun Tugu Yogyakarta (Istimewa)


Bangunan stasiun kereta api di Indonesia sebagian besar dibangun pada era kolonial Belanda. Bentuk dan aura bangunan yang terbilang kuno, kerap memberi kesan menyeramkan.

Sejumlah stasiun kereta api di Indonesia konon menyimpan sejumlah cerita horor. Dikabarkan kadang muncul sosok-sosok yang bergentayangan. Bahkan banyak kejadian-kejadian tak biasa, seperti, munculnya penampakan sampai suara-suara aneh yang tak jelas sumbernya.

Salah satunya yakni Stasiun Tugu Yogyakarta atau biasa kita sebut Stasiun Yogyakarta adalah stasiun kereta api kelas besar tipe A terletak di Kota Yogyakarta, tepatnya di Jalan Malioboro.

Baca Juga : Merinding! Kisah Seram Stasiun Solo Kota yang Konon Dihuni Sosok Botak Bertaring

Stasiun ini diresmikan pada tahun 1887 dan termasuk stasiun terbesar yang berada dalam pengelolaan PT. Kereta Api Indonesia Daerah Operasi VI Kota Yogyakarta, D.I. Yogyakarta. Dibalik sebutannya yang sangat dibanggakan, ternyata tempat ini terdapat satu cerita mistis yang menyelimuti Stasiun Tugu Yogyakarta.

Pasalnya, saat masa pembangunannya dulu, lahan yang akan digunakan untuk pembangunan stasiun ini dulunya adalah kawasan hutan yang banyak ditumbuhi pohon beringin. Terdapat satu pohon beringin besar yang tidak bisa ditumbangkan, masyakarakat setempat menyebutnya dengan “Nyai Giri Kencono”.

Nyai Giri Kencono ialah sosok penguasa gaib yang digambarkan sebagai seorang wanita dengan tubuh harimau. Nyai Giri Kencono saat masa pembangunan stasiun meminta tumbal seperti kepala kerbau serta kepala dan jari manusia.

Baca Juga : Merinding! Ini Beberapa Stasiun Kereta Api yang Paling Angker di Indonesia

Kepala kerbau ditanam di lahan yang akan digunakan pada sebuah upacara simbolik. Sement jararai dan kepala manusia dipilih secara langsung oleh sosok gaib tersebut. Semua tumbal manusia yang dipilih didapatkan dari masyarakat sekitar yang dipekerjakan oleh pihak Kolonial Belanda untuk membangun Stasiun Tugu Yogykarta. Sedikit berbeda dan aneh, prosesi penumbalan dilakukan secara bertahap dengan satu korban setiap bulannya.

Penumbalan pertama terjadi pada 18 Februari 1886 dimana seorang pekerja mendadak jatuh saat memasang tembok. Kepalanya terbentur bahan material hingga tewas di tempat. Seorang mandor kemudian melakukan prosesi penumbalan dengan memenggal kepalanya dengan kapak. Kepala itu kemudian ditutupi dengan kain hitam di atas baki bambu lengkap dengan bunga-bunga ubo rampe. Setelah prosesi ritual penumbalan selesai, kepala tersebut ditanam di bawah tegel pintu masuk (pintu dalam atau bangunan lama).

Dilanjutkan penumbalan kedua ditanggal 23 Maret 1886, kali ini dilakukan saat seorang pekerja lembur tiba-tiba kerasukan siluman kera. Pekerja yang kesurupan terus berlari menuju peron selatan kemudian berhenti dan mengambil golok.

Dengan sekuat tenaga sang pekerja tersebut memenggal kepalanya sendiri hingga kepalanya terjatuh pada sebuah lubang galian yang akan dibuat pondasi. Prosesi ritual kedua sedikit berbeda, yang dibungkus kain hitam adalah bagian badan yang selanjutnya diguyur dengan darah ayam cemani. Tubuh dikuburkan berdekatan dengan bagian kepala yang telah terpisah.

Baca Juga : Seram! Kisah Horor Gedung Angker di Kampus Jogja yang Sering Teror Mahasiswa

Prosesi ritual kedua sedikit berbeda, karena yang ini dibungkus dengan kain hitam dan kemudian bagian badan yang selanjutnya diguyur dengan darah ayam cemani. Tubuh dikuburkan berdekatan dengan bagian kepala yang telah terpisah.

Penumbalan terakhir terjadi pada 07 April 1866 saat seorang masinis mencoba lokomotif yang digunakan untuk mengangkut material bangunan. Ketika lokomotif berjalan mundur tiba-tiba menabrak seorang pekerja yang sedang memperbaiki rel. Bagian kepala pekerja terpenggal oleh roda lokomotif di peron utara.

Kepala dibungkus dengan kain merah, sedangkan badan dibungkus kain kuning. Kepala lalu ditanam di ruang dalam dan badan ditanam di peron utara jalur satu (sekarang jalur empat).


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30