Gunung Arjuno yang berada di Malang, Jawa Timur, memiliki deretan kisah misteri yang begitu tidak biasa. Gunung dengan ketinggian 3.339 Mdpl ini banyak peninggalan petilasan kerajaan Majapahit, selain berbagai obyek wisata alam seperti air terjun.
Kamu yang ingin mendaki Gunung Arjuno ini harus berhati-hati, karena menurut cerita masyarakat sekitar banyak pendaki tersesat bahkan adapula tidak bisa pulang kembali.
Baca Juga: Deretan Kisah Misteri Jembatan Merah Gejayan Sleman, Konon Dihuni Pocong hingga Kuntilanak
Di Gunung Arjuno terdapat banyak situs – situs petilasan peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari. Beberapa petilasan tersebut yaitu, petilasan Eyang Antaboga, Eyang Abiyasa, Ayang Sekutrem, Eyang Sakri, Eyang Semar, Eyang Sri Makutharama dan petilasan Sepilar. Namun menurut mitos yang beredar, petilasan – petilasan tersebut dijaga oleh Bambang Wisanggeni yang merupakan anak dari Arjuna dengan Bathari Dresanala. Petilasan – petilasan tersebut digunakan orang zaman dahulu untuk melakukan pertapaan.
Masyarakat percaya, orang yang melakukan pertapaan tersebut muksa ( menghilang dengan jasadnya ). Orang – orang muksa tersebut dipercaya masih berada di tempat tersebut dan menjaga tempat tersebut hingga waktu yang tidak diketahui.
Kisah Mistis: Kisah Mistis Tim Pemburu Ghoib Borneo, Ungkap Sosok Makhluk Halus Penghuni Salah Satu Kantor Pemkab Banjar
Sebelum mencapai puncak Gunung Arjuno, terdapat tempat yang disebut oleh masyarakat sebagai Alas Lali Jiwo atau berarti hutan lupa diri. Menurut kepercayaan setempat, orang yang mempunyai niat jahat, jika melewati daerah tersebut akan tersesat dan lupa diri. Menurut ahli spiritual, daerah tersebut memang banyak dihuni oleh para jin. Para pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian menghilang. Konon pendaki tersebut dibawa untuk dikawinkan dengan bangsa jin daerah tersebut.
Menurut mitos, para pendaki juga tidak boleh melanggar beberapa larangan, seperti pendaki tidak boleh berjumlah ganjil, tidak boleh memakai baju merah (warna merah dominan), dan tidak merusak situs – situs petilasan Kerajaan Majapahit yang tersebar di area pendakian Gunung Arjuna tersebut.
Di wilayah pendakian menuju puncak Gunung Arjuno, dipercaya terdapat Pasar Dieng atau biasa disebut pasar hantu. Di areal Pasar Dieng tersebut terdapat makam para pendaki yang pernah meninggal di tempat tersebut. Wilayahnya yang datar dan luas merupakan areal yang cocok dijadikan sebuah pasar. Konon, pernah ada pendaki yang membuka tenda di wilayah Pasar Dieng tersebut untuk bermalam sebelum menuju puncak. Pada malam hari, ia dikejutkan dengan suasana ramai di luar tendanya, dan ia melihat sebuah pasar yang sangat ramai.
Baca Juga: Kisah Misteri Ronteg Singo Ulung, Ritual Khusus Berbau Mistis di Bondowoso
Pendaki tersebut dikabarkan berkeliling pasar dan membeli sebuah jaket. Kemudian ia kembali ke tenda, dan besok pagi ketika ia bangun; wilayah sekitar tendanya sepi tidak ada orang satu pun dan tidak ada bekas – bekas pasar. Jaket yang dibelinya masih ada, namun uang kembalian yang diberikan oleh pedagang pasar tersebut berubah menjadi daun.
Cerita mistis di Gunung Arjuna memang kerap terdengar dan sudah menjadi bahan pembicaraan masyarakat sekitar, seperti tentang adanya lantunan musik Ngundhuh Mantu. Para pendaki atau penambang belerang kadang mendengar Ngundhuh Mantu, yaitu suara gamelan Jawa untuk acara pernikahan.
Menurut masyarakat, jika mendengar Ngundhuh Mantu maka lebih baik tidak meneruskan pendakian ke puncak Gunung Arjuna tersebut; karena jika memaksa meneruskan pendakian maka si pendaki biasanya akan tersesat dan hilang.