Berkunjung ke Kota Solo nggak lengkap kalau belum mampir ke Keraton Surakarta. Selain arsitekturnya yang klasik, mitos-mitosnya juga menarik untuk diketahui. Salah satunya adalah mitos pasir keraton dan Panggung Sangga Buana.
Panggung Sangga Buwana di Keraton Solo. Bangunan ini berbentuk menara yang berada di kompleks Kedathon Keraton Kasunanan Surakarta ini, konon menjadi tempat yang diyakini menjadi media pertemuan dengan Ratu Kidul.
Puncak Panggung Sangga Buwana berbentuk seperti topi bulat dengan hiasan ekor naga yang dikendarai manusia sambil memanah. Menurut Babad Surakarta, bangunan itu bukan hiasan biasa, tetapi merupakan sengkalan tahun pendirian.
Baca Juga : Merinding! Kisah Misteri Terminal Tirtonadi Solo yang Dihuni Kuntilanak Ngesot Hingga Sosok Rambut Gimbal
Dihimpun dari berbagai sumber, bangunan itu didirikan Sri Susuhunan Paku Buwono III pada 1708 tahun Jawa atau 1728 Masehi. Bangunan ini berdiri kokoh di antara pelataran Sri Manganti dan Kedathon.
Panggung Sangga Buwana berbentuk segi delapan dan terdiri atas empat tingkat dengan bagian atas disebut tudung saji. Ada lambang berbentuk manusia mengendarai naga di puncak menara atau sengkalan tahun yang berbunyi Naga Muluk Tinitihan Jalma. Artinya melambangkan tahun pembuatan bangunan, yakni 1708 tahun Jawa.
Panggung Sangga Buwana dulu dibuat untuk mengintai musuh dari ketinggian. Tempat ini juga biasa dipakai raja untuk bermeditasi. Konon, tempat ini juga biasa dipakai raja bertemu Ratu Kidul.
Baca Juga : Merinding! Jika Alami 8 Tanda Ini Makhluk Gaib di Sekitar Kamu
Letak bangunan ini persis segaris lurus dengan jalan keluar Kota Solo yang menuju Wonogiri. Menurut kepercayaan, hal itu disengaja lantaran Ratu Kidul datang dari arah selatan.
Panggung Sangga Buwana tingginya 30 meter dengan empat tingkat. Pada tingkat ketiga yang menghadap ke utara terdapat jam besar yang bisa berbunyi sendiri.
Baca Juga : Merinding! Kisah Misteri Museum Pos Indonesia Bandung yang Terdapat Patung Bergerak Sendiri
Menara ini pernah terbakar pada 19 November 1954 lalu dibangun kembali dan selesai pada 30 September 1959. Sebelum terbakar, atapnya berbentuk segi delapan atau disebut hasta wolu dengan nama tudung saji. Namun, sekarang bentuknya dibuat seperti payung yang terbuka.
Panggung Sangga Buana sempat menjadi prioriitas untuk direvitalisasi pada 2018 lalu. Rencana itu dibuat menyusul runtuhnya bangunan sentral listrik dan tembok Dalem Prabuwinatan 16 Januari 2018 lalu. Sebagai informasi, sampai saat ini Panggung Sangga Buana masih dipakai raja bermeditasi. Jadi, tidak semua orang diizinkan masuk ke sana.