Mutasi dari virus Corona yang baru muncul ditemukan di Eropa, Amerika Utara, dan sebagian Asia mungkin lebih menular tetapi tampaknya tidak terlalu mematikan, menurut seorang spesialis penyakit menular terkemuka.
Dilansir dari CNN, Rabu 19 Agustus 2020, Konsultan senior di National University of Singapore dan presiden terpilih dari International Society of Infectious Diseases, Paul Tambyah, mengatakan bukti menunjukkan proliferasi mutasi D614G di beberapa bagian dunia bertepatan dengan penurunan tingkat kematian, menunjukkan hal itu kurang mematikan.
Baca Juga: Fakta Wakil Wali Kota Payakumbuh Positif Corona, Usai Kontak dengan Tamu dari Padang
"Mungkin itu hal yang baik terkait virus yang lebih menular tetapi tidak begitu mematikan," kata Tambyah.
"Ini adalah kepentingan virus untuk menginfeksi lebih banyak orang tetapi tidak membunuh mereka karena virus bergantung pada inang untuk makanan dan tempat berlindung," katanya.
Para ilmuwan menemukan mutasi itu paling cepat pada Februari, dan telah menyebar ke Eropa dan Amerika tanpa bukti bahwa itu telah menyebabkan efek yang lebih parah, kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: Patung Jenderal Sudirman Akan Dipasangi Masker, Anies Baswedan Langsung Turun Tangan?
Wakil Menteri Kesehatan Filipina Maria Rosario Vergeire, mengatakan Filipina juga mendeteksi jenis virus di antara sampel Virus Corona acak di Metro Manila
"Mutasi dikatakan memiliki kemungkinan penularan atau penularan yang lebih tinggi, tetapi kami masih belum memiliki cukup bukti kuat untuk mengatakan bahwa itu akan terjadi," kata Maria Rosario Vergeire.
Sumber: Liputan 6, CNN