Fakta Buaya Siluman di Babel, Kepala Dipenggal dan Dikubur dengan Ritual Khusus

Fakta Buaya Siluman di Babel, Kepala Dipenggal dan Dikubur dengan Ritual Khusus

Dedi Sutiadi
2020-08-07 11:12:45
Fakta Buaya Siluman di Babel, Kepala Dipenggal dan Dikubur dengan Ritual Khusus
Ilustrasi buaya Siluman. (Pixabay)

Warga di Desa Kayu Besi, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung menangkap sekeor buaya yang diyakni titisan siluman. Uniknya buaya yang mati setelah ditangkap tersebut dikuburkan dengan cara yang tidak wajar. 

Kepala buaya dipenggal dan dikuburkan secara terpisah. Berikut correcto.id rangkum beberapa fakta terkait buaya silumkan di desa Kayu Besi, Bangka, Kepulauan Bangka Belitung.  

Baca juga: Kisah Warga Awar-awar Bersahabat dengan Buaya Sungai Porong

1. Diyakini Warga Membawa Musibah

Sejarawan sekaligus budayawan Pangkalpinang Akhmad Elvian menjelaskan bahwa, kepercayaan di masyarakat setempat akan kehadiran buaya tersebut merupakan penanda adanya musibah atau kesahan yang dilakukan manusia.

Mantan Kepala Dinas Pariwisata tersebut pun menerangkan bahwa jika hal berpotensi membawa bala atau musibah bagi warga sekitar yang memanfatkan sungai maka perlu dilakukan upacara taber sungai. 

Elvian juga menerangkan bahwa ada kepercayaan di masyarakat sekitar akan buaya yang menjadi penghuni setiap bagian sungai yang lebar dan dalam. Buaya penghuni sungai tersebut diberi nama puaka. 

Menurut Elvian, antar masing-masing penghuni sungai kada terjadi perkelahian untuk merebut suatu wilayah kekuasaan. Apabila seoko buaya tersebut  menang, buaya tersebut menelan satu butir batu sungai.

Kemudian, apabila menang dalam bertarung pada tujuh lubuk, maka dalam perutnya akan ditemukan tujuh butir batu sungai."Buaya-buaya yang kalah bertarung inilah yang biasanya membuat onar terhadap manusia yang kehalen (berbuat kesalahan dengan melanggar pantang larang)" kata dia.

Menurut Elvian, untuk menangkal gangguan buaya, perlu dilakukan ritual atau upacara yang dilakukan masyarakat setempat.  

2. Berukuran Raksasa Pelihraan Siluman

Junaedi menerangkan, berdasarkan data BKSDA Babel, buaya yang dipercaya titisan siluman tersebut nyaris menerkan dua orang warga. Kejadian tersebut terjadi pada tahun 2016 saat dua warga tersebut tengah memancing. 

Junaidi juga menerangkan bahwa buaya berukuran raksasa tersebut merupakan buaya siluman. Buaya tersebut bukan buaya biasa melainkan buaya peliharaan siluman. 

"Warga menyakini buaya raksasa itu merupakan buaya siluman. Itu buaya peliharaan (siluman). Kalau buaya yang bersalah, dipanggil dengan ritual khusus, lalu memakan pancing. Bagi yang tidak bersalah, tidak akan kena walau dipancing," terangnya.

 3. Dipancing dengan Monyet

Buaya yang diyakini warga sebagai buaya siluman itupun akhirnya ditangkap warga dengan menggunakan umpan monyet. Video proses penangkapan buaya tersebut pun viral di media soaial. Buaya tersebut diperkirakan berbobot 500 kilogram dan memiliki panjang 4,8 meter. 

Sekretaris Desa Kayubesi Junaidi mmembenarakan akan terjadinya penangkapan buaya siluman di kampungnya, di Desa Kayubesi, Kecamatan Puding Besar, Kabupaten Bangka, Bangka Belitung (Babel).

"Benar, itu buaya yang ditangkap warga pada Senin 3 Agustus 2020. sekitar pukul 16.00 WIB. Lokasinya di Sungai Kayubesi," kata Junaidi, Kamis 6 Agutus 2020.

4. Kepala Dipenggal

Setelah berhasil ditangkap oleh warga, buaya yang diyakini sebagai titisan siluman tersebut dipenggal kepalanya. Hal tersebut dilakukan warga sebagai salah satu ritual agar buaya siluman tersebut tidak hidup kembali. 

"Penguburan terpisah antara badan dan kepalanya. Karena buaya siluman, jadi harus terpisah, kepalanya dikafani, ditakutkan hidup kembali. Sebelum pemotongan, juga ada ritual khusus," kata Junaidi, Kamis 6 Agustus 2020.

5. Dikubur dengan Ritual Khusus

Penguburan buaya siluman tersebut pun terbilang tidak biaya. Ada cara dan ritual khusus dalam menguburkan buaya silumjan tersebut. Warga menguburkan badan dan kepala buaya itu dengan terpisah. Warga meyakini jika tidak dipisah buaya itu bisa hidup kembali.

"Penguburan terpisah antara badan dan kepalanya. Karena buaya siluman, jadi harus terpisah, kepalanya dikafani, ditakutkan hidup kembali. Sebelum pemotongan, juga ada ritual khusus," ungkap Junaidi. 

Baca juga: Kisah Misteri Anak Sultan Karaton Kesepuhan Cirebon yang Dikutuk Jadi Buaya Putih

Cara demikian dilakukan karena masyarakat khawatir buaya yang dipercayai sebagai siluman itu bisa hidup lagi. "Ada pawang yang mengiringi penguburan dengan ritual, karena buaya itu telah mengganggu manusia. Jadi dianggap sudah menyalahi kodratnya," ungkap Junaidi.


Sumber: detikcom, Kompas


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30