Setiap negara di dunia kian berusaha mendorong perekonomian negara supaya dapat mewujudkan kesejahteraan masyarakat.
Berbagai cara dilakukan oleh pemerintah, mulai dari meningkatkan kualitas sumber daya, memperbanyak lapangan pekerjaan, menggenjot nilai ekspor, melakukan perbaikan infrastruktur, hingga menyediakan kesempatan bagi masyarakat untuk berinvestasi.
Sayangnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia di kuartal II-2020 minus 5,32%. Ancaman resesi pun di depan mata.
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad, dengan kontraksi ekonomi yang cukup dalam di kuartal II-2020, ancaman resesi di Indonesia tak terhindarkan.
Baca Juga: MPR Minta Kemenlu Pastikan Keselamatan WNI di Beirut
"Kami masih konsisten kuartal III-2020 tetap minus, kemungkinan di -1,7%. Jadi tetap kita akan menghadapi resesi. Apalagi kita melihat kuartal to kuartal itu sudah 3 kali negatif," kata Tauhid, Rabu 5 Agustus 2020.
Perlu diketahui, BPS mencatat laju pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal IV-2019 dibandingkan kuartal sebelumnya ialah minus 1,74%. Lalu, di kuartal I-2020 kembali minus 2,41%, dan di kuartal III-2020 minus 4,19%.
"Sekarang minus 4,19% kuartal to kuartal, kecuali minusnya 1%. Ini kan agak dalam, makanya resesinya sulit dihindari," tutur dia.
Sekedar informasi, resesi ekonomi adalah situasi terjadinya penurunan nilai pertumbuhan ekonomi rill menjadi negatif sepanjang sepertiga tahun berturut-turut.
Resesi ekonomi pada suatu wilayah secara simultan akan memberikan pengaruh kepada penurunan pada seluruh kegiatan ekonomi, seperti investasi, lapangan pekerjaan, dan penurunan keuntungan perusahaan.
Berikut 5 tanda resesi yang dihimpun dari berbagai sumber:
1. Bertambahnya Korban PHK
Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional (Bappenas) mencatat lebih dari 2 juta masyarakat Indonesia kena pemutusan hubungan kerja (PHK) akibat pandemi virus Corona (COVID-19). Sementara, Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat 1,7 juta masyarakat Indonesia kena PHK.
2. Banyak Industri Gulung Tikar
Hasil survei Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Litbang Ketenagakerjaan Kementerian Ketenagakerjaan, dan Lembaga Demografi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, sekitar 39,4% pelaku usaha di Indonesia menghentikan usahanya akibat pandemi Corona.
3. Penurunan Pertumbuhan Investasi
Selama kuartal II-2020, BPS mencatat seluruh komponen pembentukan produk domestik bruto (PDB) hancur lebur salah satunya investasi yang minus 8,61%.
Berdasarkan data Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), realisasi investasi pada kuartal II-2020 sebesar Rp 191,9 triliun. Capaian tersebut turun 8,9% dibandingkan kuartal I-2020 dan turun 4,3% dibandingkan kuartal II-2019.
Baca Juga: 2 Karyawan Positif Corona, AEON Mall BSD Ditutup hingga 13 Agustus
4. Kontraksi Pertumbuhan di Lapangan Usaha
BPS juga mencatat seluruh lapangan usaha mengalami kontraksi pada kuartal II-2020. Sektor transportasi dan pergudangan menjadi minus 30,84%, akomodasi dan makan-minum minus 22,02%, jasa perusahaan minus 12,09%, jasa lainnya minus 12,6%, industri minus 6,19%, perdagangan minus 7,57%, konstruksi minus 5,39%, pertambangan minus 2,72%, serta pengadaan listrik dan gas minus 5,46%.
Sumber: Kompas, Detik, Kontan