Fakta Dibalik Penyebab Fenomena Embun Es Dieng

Fakta Dibalik Penyebab Fenomena Embun Es Dieng

Ahmad
2020-07-31 08:00:00
Fakta Dibalik Penyebab Fenomena Embun Es Dieng
Foto: Shutterstock

Fenomena embun es terjadi di Dieng, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah sempat bikin geger banyak orang.

Menanggapi itu, Siswanto M.Sc, Kepala Sub Bidang Produksi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, menjelaskan sekarang suhu dingin secara umum dirasakan hampir merata di kota-kota wilayah Indonesia khususnya di bagian selatan. 

Ini merupakan perwujudan pengaruh musim kemarau yang terus menguat mungkin merupakan puncak musim kemarau untuk beberapa daerah.

Baca Juga:  Fakta Menarik Fenomena Suhu Dingin di Indonesia

Hal ini juga didukung faktor penguatan angin monsun Australia yang mengalirkan massa udara dingin dan kering dari Benua Australia menuju Asia melewati Samudera Indonesia dan wilayah Kepulauan Indonesia. Penguatan monsun Australia biasanya berkaitan dengan perkembangan sistem tekanan tinggi di atmosfer di atas Benua Australia yang mendorong massa udara memiliki aliran yang lebih kuat dari biasanya.

Saat ini kecepatan angin terutama di bagian selatan Jawa dan Bali dilaporkan menunjukkan kecepatan angin yang lebih kuat. Lombok, Denpasar, Solo, Jogja, Bandung mencapai 10-20 knot. Jakarta, Semarang, Surabaya diperkirakan 5-10 knot, dengan 1 knot ~ 0.5 m/s.

"Kota-kota di bagian selatan Jawa dan Bali juga menunjukkan suhu udara yang relatif lebih dingin sedikit dibanding bagian utara (misalnya di siang hari Lombok, Denpasar suhu 26-28°C, saat yang sama di Semarang, Jakarta, Surabaya 30-31°C)," sambungnya.

Baca Juga: Sampai Kapan Suhu Dingin Melanda Indonesia? Ini Kata BMKG

Selain wilayah-wilayah bagian selatan yang akan mengalami suhu yang lebih dingin disebabkan faktor-faktor di atas, suhu bisa lebih dingin lagi di wilayah pegunungan, seperti di Dieng yang dapat mencapai titik beku. Hal itu disebabkan suhu yang menurun mengikuti ketinggian tempat.

"Suhu permukaan di dataran rendah yang sudah lebih dingin dari biasanya kali ini, akan menurun secara gradual sesuai ketinggian tempat karena proses fisika laju penurunan adiabatik suhu udara. Suhu udara akan turun sebesar 0,65°C untuk setiap 100 meter atau turun 6,5° untuk setiap 1 km beda ketinggian (altitude) suatu tempat," ucapnya.



Sumber: Detik


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30