Berita duka yang datang dari dunia seni. Sapardi Djoko Damono yang merupakan seniman terkenal menghembuskan nafas terakhirnya di usia 80 tahun pada hari Minggu, 19 Juli 2020 pukul 09.17 WIB.
Sapardi lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Sapardi dikenal sebagai pujangga yang menuliskan mengenai makna tentang kehidupan dari kata-kata sederhana yang menyentuh hati.
Namun tak hanya itu saja pasalnya karya dari 'Aku Ingin', menjadi karya yang paling dikenang oleh masyarakat luas. Karya ini merupakan tulisan yang bertemakan tentang cinta yang mempunyai relasi dan makna yang kuat dengan kehidupan sekarang. Tak hanya itu, karya ini juga sukses menginspirasi salah satu film garapan Garin Nugroho, Cinta dalam Sepotong Roti.
Baca Juga: Mengenal Sapardi Djoko Damano, Ini Kisah Dibalik Hujan Bulan Juni
Tak hanya itu saja bahkan karyanya tidak hanya mengenai sajak, dirinya juga membuat sebuah novel. Novel pertamanya yang berjudul 'Hujan Bulan Juni' pertama diterbitkan pada Juni.
Berikut Beberapa kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang terkenal:
Hujan Bulan Juni
Tak ada yang lebih tabah
dari Hujan Bulan Juni
Dirahasiakannya rintik rindunya
kepada pohon berbunga itu
Tak ada yang lebih bijak
dari Hujan Bulan Juni
Dihapusnya jejak-jejak kakinya
yang ragu-ragu di jalan itu
Tak ada yang lebih arif
dari Hujan Bulan Juni
Dibiarkannya yang tak terucapkan
diserap akar pohon bunga itu
Aku Ingin
Aku Ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu
Aku Ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
jasadku tak akan ada lagi,
tapi dalam bait-bait sajak ini,
kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
suaraku tak terdengar lagi,
tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
pada suatu hari nanti,
impianku pun tak dikenal lagi,
namun di sela-sela huruf sajak ini,
kau tak akan letih-letihnya kucari.
Yang Fana Adalah Waktu
Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga
sampai pada suatu hari
kita lupa untuk apa
“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.
Kita abadi.
Baca Juga: Selamat Jalan Sapardi Djoko Damono, Sang Pencipta Hujan Bulan Juni
Hatiku Selembar Daun
Hatiku selembar daun
melayang jatuh di rumput
Nanti dulu
biarkan aku sejenak terbaring di sini
ada yang masih ingin kupandang
yang selama ini senantiasa luput
Sesaat adalah abadi
sebelum kausapu tamanmu setiap pagi
Sementara Kita Saling Berbisik
sementara kita saling berbisik
untuk lebih lama tinggal
pada debu, cinta yang tinggal berupa
bunga kertas dan lintasan angka-angka
ketika kita saling berbisik
di luar semakin sengit malam hari
memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa
unggun api sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi.
Tak hanya itu saja bahkan ada juga beberapa karya Sapardi Djoko Damono antara lain Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), dan Arloji (1998).
Sumber: kompas.com,tribunnews.com