Kumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko Damono dari 'Hujan Bulan Juni' hingga 'Yang Fana Adalah Waktu'

Kumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko Damono dari 'Hujan Bulan Juni' hingga 'Yang Fana Adalah Waktu'

Yuli Nopiyanti
2020-07-19 17:25:26
Kumpulan Puisi Karya Sapardi Djoko Damono dari 'Hujan Bulan Juni' hingga 'Yang Fana Adalah Waktu'
Sastrawan Sapardi Djoko Damono (Foto:Dok.Istimewa)

Berita duka yang datang dari dunia seni. Sapardi Djoko Damono yang merupakan seniman terkenal menghembuskan nafas terakhirnya di usia 80 tahun pada hari Minggu, 19 Juli 2020 pukul 09.17 WIB. 

Sapardi lahir di Surakarta, 20 Maret 1940. Sapardi dikenal sebagai pujangga yang menuliskan mengenai makna tentang kehidupan dari kata-kata sederhana yang menyentuh hati.

Namun tak hanya itu saja pasalnya karya dari 'Aku Ingin', menjadi karya yang paling dikenang oleh masyarakat luas. Karya ini merupakan tulisan yang bertemakan tentang cinta yang mempunyai relasi dan makna yang kuat dengan kehidupan sekarang. Tak hanya itu, karya ini juga sukses menginspirasi salah satu film garapan Garin Nugroho, Cinta dalam Sepotong Roti.

Baca Juga: Mengenal Sapardi Djoko Damano, Ini Kisah Dibalik Hujan Bulan Juni

Tak hanya itu saja bahkan karyanya tidak hanya  mengenai sajak, dirinya juga membuat sebuah novel. Novel pertamanya yang berjudul 'Hujan Bulan Juni' pertama diterbitkan pada Juni.

Berikut Beberapa kumpulan puisi Sapardi Djoko Damono yang terkenal:

Hujan Bulan Juni

Tak ada yang lebih tabah

dari Hujan Bulan Juni

Dirahasiakannya rintik rindunya

kepada pohon berbunga itu


Tak ada yang lebih bijak

dari Hujan Bulan Juni

Dihapusnya jejak-jejak kakinya

yang ragu-ragu di jalan itu


Tak ada yang lebih arif

dari Hujan Bulan Juni

Dibiarkannya yang tak terucapkan

diserap akar pohon bunga itu


Aku Ingin

Aku Ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan kata yang tak sempat diucapkan

kayu kepada api yang menjadikannya abu


Aku Ingin mencintaimu dengan sederhana

dengan isyarat yang tak sempat disampaikan

awan kepada hujan yang menjadikannya tiada


Pada Suatu Hari Nanti

Pada suatu hari nanti,

jasadku tak akan ada lagi,

tapi dalam bait-bait sajak ini,

kau tak akan kurelakan sendiri.


Pada suatu hari nanti,

suaraku tak terdengar lagi,

tapi di antara larik-larik sajak ini.


Kau akan tetap kusiasati,

pada suatu hari nanti,

impianku pun tak dikenal lagi,

namun di sela-sela huruf sajak ini,

kau tak akan letih-letihnya kucari.


Yang Fana Adalah Waktu

Yang fana adalah waktu. Kita abadi memungut detik demi detik, merangkainya seperti bunga

sampai pada suatu hari

kita lupa untuk apa

“Tapi, yang fana adalah waktu, bukan?” tanyamu.

Kita abadi.

Baca Juga: Selamat Jalan Sapardi Djoko Damono, Sang Pencipta Hujan Bulan Juni

Hatiku Selembar Daun

Hatiku selembar daun

melayang jatuh di rumput

Nanti dulu

biarkan aku sejenak terbaring di sini

ada yang masih ingin kupandang

yang selama ini senantiasa luput

Sesaat adalah abadi

sebelum kausapu tamanmu setiap pagi


Sementara Kita Saling Berbisik

sementara kita saling berbisik

untuk lebih lama tinggal

pada debu, cinta yang tinggal berupa

bunga kertas dan lintasan angka-angka


ketika kita saling berbisik

di luar semakin sengit malam hari

memadamkan bekas-bekas telapak kaki, menyekap sisa-sisa

unggun api sebelum fajar. Ada yang masih bersikeras abadi.

Tak hanya itu saja bahkan ada juga beberapa karya Sapardi Djoko Damono antara lain Duka-Mu Abadi (1969), Mata Pisau (1974), Perahu kertas (1983), Sihir Hujan (1984), Hujan Bulan Juni (1994), dan Arloji (1998).


Sumber: kompas.com,tribunnews.com


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30