Gurita Bisnis Pecel Lele Lamongan, Ini Kisah Unik dan Mitosnya

Gurita Bisnis Pecel Lele Lamongan, Ini Kisah Unik dan Mitosnya

Dedi Sutiadi
2020-07-04 21:51:50
Gurita Bisnis Pecel Lele Lamongan, Ini Kisah Unik dan Mitosnya
Spanduk Pecel Lele Lamongan. (Foto: Istimewa)

Pecel Lele telah menjadi indentitas yang begitu melekat bagi masyarakat Lamongan. Tidak heran jika dibelakang nama bisnis makanan ini disematkan nama Pecel Lele Lamongan. Di Jakarta Pecel Lele Lamongan bisa di jumpai hampir disetiap sudut kota. Seolah sudah menggurita ada dimana-mana di setiap pinggir jalanan Ibukota. Tapi tahu kah kamu beberapa kisah unik dan mitos dibalik populernya bisnis ini? 

Ternyta diblik lezat dan digandrunginya makanan khas satu ini ada kisah unik dn mitos dibaliknya. Pastinya anda belum tahu misalnya  Kapan Pecel Lele Lamongan masuk ke Jakarta dan apa sebabnya? sampai pada mitos bahwa orang Lamongan yang jualnnya Pecel Lele justru pantang makan ikan lele? Semuanya akan penulis ulas di tulisan kali ini. 

Pecel Lele Lamongan Masuk Jakarta sebab Situasi Politik

Mengutip hasil penelitian  peneliti LIPI, Wahyudi Akmaliah dalam seminar intern dengan tema, Pecel Lele Merajalela: Migrasi dan Politik Ekonomi orang Lamongan. Dirinya mejelaskan setidaknya ada dua alasan kenapa orang migrasi dan berjualan Pecel Lele di Jakarta (salah satunya); sebab situasi politik dan tanah yang tidak subur. 

“Mereka pindah ke Jakarta itu karena situasinya tidak aman. Di Lamongan pada tahun 1965-1966 sedang terjadi pembersihan kepada orang-orang PKI dan mereka yang di-PKI-kan. Bukan hanya itu, mereka pindah karena di Lamongan saat itu tanahnya sangat keras dan kering sehingga membuat orang Lamongan susah untuk bertani. Jalan satu-satunya adalah ya ke kota besar, dalam hal ini Jakarta,” Jelas Wahyudi sambil mengutip laporan investigasi Kompas 16 Februari 2014.

Baca juga: Teror Makhluk Gaib, Bikin Perabotan Melayang Hingga Terbanting, Sampai 10 Ustaz Turun Tangan

Dalam Wahyudi menjelaskan periodisasai masuk dan mengguritanya bisnis Pecel Lele Lmongan ke dalam tiga gelombang. Tahun 1965-1966 seab situasi politik,  tahun 1970-an dan 1980-an dimana orang Lamongan mulai mengajak sanak saudara untuk merentangkan sayap bisnisnya, krisis tahun 1998 membuat orang lamongan berdiasporan ke seluruh pelosk Nusantara dengan bisnis kulnernya yang khas tersebut.  

“Orang Lamongan ini berjualan Pece Lele dan Soto Lamongan ini migrasi ke kota besar setidaknya melalui tiga gelombang; 1) tahun 1965-1966, sebagaimana saya jelaskan sebelumnya, 2) tahun 1970-an dan 1980-an, di mana orang Lamongan yang relatif sukses mengajak saudara-saudari dan tetangganya untuk berjualan di Jakarta, 3) krisis tahun 1998, membuat orang Lamongan tidak hanya berjualan di Jakarta dan sekitarnya tapi juga tersebar di seluruh nusantara.”

Lele dan Mitos Orang Lamongan Pantang Memakannya

Ikan lele dipilih masyarakat Lamongan sebagai hidangan dengan alasan yang kuat. Menurut Soen’an Hadi Poernomo, Ketua Putra Asli Lamongan (Pualam) menhelaskan bahwa ikan lele dipilih sebab  ketahanan hidupnya. Hal tersebut penting bagi penjual makanan agar masakan yang dihidangkan bisa terasa nikmat oleh pembeli karena kesegaran ikannya. 

Lele itu punya labirin di dalam tubuhnya, jadi tanpa air atau di tempat berlumpur yang ekstrem pun bisa bertahan hidup, akhirnya digoreng pas masih segar,” ujar Soen'an yang juga dosen Sekolah Tinggi Ilmu Perikanan Jakarta.

Namun siapa sangka, menyajikan lele sebagai menu makanan di Jakarta tidaklah mulus. Di awal bisnis kulener ini di Jakarta ikan yang dijajakan tidak hanya ikan lele tapi juga ikan lainnya. Hal ini dilakuakn sebab masih ada beberap masyarakat yang merasa jiik dengan ikan lele untuk dimakan.  

Terlepas dari itu semua ternyata ada kisah menarik dari Ikan lele bagi masyrakat Lamongan. Walu kerap dikenal sebagai penjual pecel lele nyatanya masyarakat Lamongan pantang memakan ikan lele. Loh kok bisa? Ternyata ada kisah yang itu oleh beberap masyarakat Lamongan masih dipercaya dan pantang untuk dilanggar. 

Mengutip hasil penelitian seorang mahasiswa di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya tentang Mitos Memakan Ikan Lele Di Desa Medang Kecamatan Glagah Kabupaten Lamongan tahun 2018 bahwa pantangan tersebut bermula dari kisah zaman dulu.

Baca juga: Mitos, Warga Lamongan Pantang Makan Lele, Kok Bisa? Ini yang Terjadi Kalo Dilanggar

Mitos; Pantang Orang Lamongan Makan Lele

Dahulu kala pada masa kerajaan di tanah Jawa ada seorang Nyi Lurah yang meminjam piandel berupa keris kepada salah seorang waliyullah atau sunan yang bertujuan untuk mencegah ontran-ontran 

atau kerusuhan, hura-hura untuk mencegah kewibawaannya di wilayahnya (sekitar wilayah Bojonegoro). Kanjeng Sunan yang meminjamkan kerisnya ialah Sunan Giri, beliau menyerahkan kerisnya terhadap Nyi Lurah dengan beberapa syarat yang diajukan. Diantara syaratnya ialah tidak boleh menggunakan keris untuk berbuat kekerasan (menumpahkan darah), dan harus dikembalikan kepada Sunan Giri secara langsung setelah tujuh purnama atau tujuh bulan khirnya Nyi Lurah berhasil mewujudkan cita-cita dan harapannya tersebut. 

Namun setelah tujuh purnama terlewati, Nyi Lurah belum juga mengembalikan keris kepada Sunan Giri. Khawatir terjadi penyalahgunaan pada pusakanya, Sunan Giri kemudian mengutus salah satu seorang muridnya untuk menemui Nyi Lurah dan mengambil keris Sunan Giri yang bernama Boyopati. Sesampai di tempat Nyi Lurah. Boyopati segera menemui Nyi Lurah, saat menemuinya menghadap dan mengutarakan apa maksud dan tujuan kedatangannya yakni mengambil keris milik sang Guru yaitu Sunan Giri. Akan tetapi kedatangan dan niatnya tidak disambut baik oleh Nyi Lurah, beliau bersih keras tidak mau menyerahkan keris tersebut kepada Boyopati.

Akhirnya Boyopati memiliki rencana untuk mengambil keris sang Guru secara diam-diam di tempat Nyi Lurah. Pada malam harinya Boyopati memasuki kediaman Nyi Lurah untuk mengambil keris tersebut dan ia berhasil mendapatkannya. Namun, Nyi Lurah telah menyadari bahwa keris pusaka telah dicuri, ia meminta tolong warga desa sekitarnya untuk berbondong-bondong mengejar Boyopati. Kejar-kejaran massa terhadap Boyopati berlangsung sangat jauh hingga menuju daerah Lamongan. Pada saat itu di perbatasan daerah Babat-Pucuk, Boyopati merasa terpojok karena sebuah pohon asam yang besar menghalangi jalannya.

Tetapi Boyopati masih bisa mengatasinya, hingga ketika perjalanan saat dikejar massa ia mendapati sebuah kolam yang berisikan penuh dengan ikan lele. Karena sudah merasa tidak menemukan jalan lain lagi, dengan tekad yang gigih dan berdoa kepada Allah beliau menyeburkan dirinya ke kolam ikan lele tersebut. Ketika warga yang mengejarnya tadi sampai di dekat kolam ikan lele, sebagian mereka beranggapa bahwa Boyopati telah bersembunyi di kolam tersebut tetapi sebagian yang lain menyangkalnya karena menurut mereka tidak mungkin Boyopati bersembunyi di kolam yang penuh dengan ikan lele sedangkan ikan lele sendiri memiliki patil yang cukup berbahaya ketika mengenai lawannya atau pun manusia.

Seketika itu kerumunan warga tersebut memilih kembali ke rumah masih, tidak melanjutkan perjalanannya mengejar Boyopati dan melanjutkan esok harinya. Setelah warga tersebut sudah pergi, Boyopati akhirnya keluar dari kolam tersebut dan mengucap syukur atas perlindungan Allah melalui ikan lele. Akhirnya dengan pertolongan ikan lele ia bersumpah bahwa beliau dan anak cucu sampai tujuh turunannya tidak boleh memakan ikan lele.

Terlepas dari kisah itu ikan lele sendiri memang menjadi simbol Kabupaten Lamongan. Kalau kalian pernah datang ke Lamongan dan menemukan patung Bandeng & Lele di beberapa jalan, jangan heran karena itu adalah lambang dari Kabupaten Lamongan. Lambang Lamongan sendiri memiliki Sembilan unsur yang memiliki maknanya masing-masing. Ikan Bandeng melambangkan potensi komoditi Lamongan, sedang lele melambangkan sikap hidup masyarakat Lamongan yang ulet tahan menderita, sabar tetapi ulet, dan bila diganggu akan berbahaya menyerang dengan senjata patilnya.

Kabupaten Lamongan dan ikan lele seolah menjadi dua hal yang tak terpisahkan, selain masuk sebagai lambang kabupaten, ikan lele juga memiliki sejarah dan mitosnya sendiri. Seperti yang telah dikisah diatas. 


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30


Hasil Riset Puspenpol Sebut FYP TikTok Jadi Game Changer Politik Indonesia

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 14, 2024 13:02:26


Foto: GBK Jadi Lautan Biru di Kampanye Prabowo-Gibran

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 10, 2024 20:14:24