Mitos atau Legenda Telaga Remis di Kuningan, Jawa Barat

Mitos atau Legenda Telaga Remis di Kuningan, Jawa Barat

Yuli Nopiyanti
2020-06-29 14:01:29
Mitos atau Legenda Telaga Remis di Kuningan, Jawa Barat
Telaga Remis di Kunungan, Jawa Barat, Terkenal dengan suasana sejuk nan permai dengan pemandangan pepohonan pinus hijau ternyata memiliki mitos soal larangan berpacaran (Foto:Dok.Istimewa)

Terkenal dengan suasana sejuk nan permai dengan pemandangan pepohonan pinus hijau menjadi sajian yang tersaji di sebuah danau kawasan Desa Kaduela, Kecamatan Mandirancan, Kabupaten Kuningan, Jawa Barat. Adalah Telaga Remis, danau yang menawarkan suasana ketenangan berbalut dengan keindahan yang alami.

Berjarak kurang lebih 37 km atau dapat ditempuh 1 jam dari pusat Kota Kuningan, Telaga Remis memiliki lahan seluas 13 hektar untuk wilayah keseluruhan. Sedangkan luas danau atau telaganya hanya mencapai 3,25 hektar.

Bahkan suasana asri bercampur dengan udara yang sejuk membuat Telaga Remis sangat pas dijadikan tempat untuk sekedar melepas kepenatan. Adanya wahana sepeda air untuk berkeliling menambah keasyikan tersendiri saat berkunjung ke area wisata yang saat ini dikelola oleh Perum kehutanan Kabupaten Kuningan ini.


Namun tak hanya itu saja bahkan bagi Anda yang menyukai aktivitas berjalan kaki, terdapat jalur khusus untuk pejalan kaki yang dibuat untuk memutari telaga ini. Lain lagi bagi penyuka hobi memancing, Telaga Remis menyimpan aneka ikan yang bisa dibawa pulang. Ikan seperti mujair dan ikan mas menjadi ikan yang mendominasi Telaga Remis.

Baca Juga: Subak, Budaya Indonesia dari Bali dan Telah Diakui Unesco, Jadi Google Doodle

Bahkan nama Telaga Remis diambil dari dua kata yaitu telaga dan remis. Telaga berasal dari bahasa Sunda yaitu danau sedangkan remis adalah sejenis kerang bewarna kuning yang banyak hidup di sekitar telaga dan disebut remis oleh masyarakat sekitar. Namun disisi lain, terdapat mitos yang menceritakan awal terbentuknya telaga ini.

Dahulu Keraton Cirebon yang dipimpin oleh Sultan Matangaji menolak untuk memberi upeti kepada Kerajaan Mataram yang seharusnya diberikan. Maka diutuslah Pangeran Selingsingan dan anak buahnya. Namun sebelum sampai tujuan, rombongan ini bertemu dengan kelompok Pangeran Purabaya dari Mataram yang ingin menagih upeti. Hingga akhirnya perang pun tak terelakkan.

Bahkan bertempat di kaki Gunung Slamet, Pangeran Selingsingan ternyata tidak bisa menandingi ketangguhan Pangeran Purabaya dan pasukannya. Hal ini yang membuatnya mundur dan mengirim pesan kepada Sultan Matangaji.

Mendengar keadaan itu, sultan mengutus menantunya yang sakti mandraguna menuju medan perang. Hal ini tidak ditolak oleh Elang Sutajaya. Demi membantu saudara-saudaranya yang tengah terdesak, dirinya berangkat membantu Pangeran Selingsingan dan memenangkan peperangan.


Elang Sutaya merupakan menantu dari Sultan Mantangaji yang memiliki kesaktian. Pangeran Selingsingan dan Elang Sutajaya akhirnya kembali berperang dengan Pengeran Purabaya. Pangeran Purabaya yang tak bisa menandingi meminta ampunan pada Elang Sutajaya. Pangeran Purabaya mengatakan jika ia hanyalah seorang muslim biasa. Namun Elang Sutaya tidak menghiraukan karena menurutnya muslim yang baik tidak melakukan kekerasan.

Tak hanya itu saja bahkan konon katanya dari nasihat yang diberikan oleh Elang Sutajaya kepada Pangeran Purabaya tersebut membuat Pangeran Selingsing menangis. Ia menangis tidak berhenti apalagi saat Elang Sutajaya memandanginya. Hingga kemudian air matanya berubah menjadi danau. Sementara Pangeran Purabaya berubah menjadi kura kura. Hingga kini cerita ini dipercaya secara turun temurun dan beredar hingga saat ini.

Baca Juga: Kisah Mitos Patung Perawan Sunti di Goa Sunyaragi Cirebon Jika Disentuh Akan Sulit Dapatkan Jodoh

Bahkan terdapat juga legenda lain yang mengatakan jika Telaga ini berkaitan dengan sejarah Sultan Giri Laya, yang merupakan sultan berkuasa di Cirebon. Sang Sultan memiliki puteri cantik yang bernama Ratna Pandang Kuning yang merupakan penerus tahta. Sang putri yang cantik membuat beberapa orang datang untuk meminangnya, namun beberapa kali ditolaknya. Sang sultan sendiri ingin sang puteri menikah dengan Elang Drajat.

Tak hanya itu saja abhkan mitos mitos yang terbentuk dan berkaitan dengan Telaga yang indah. Salah satunya yang paling populer adalah larangan untuk berpacaran ketika mengunjungi Telaga ini. Menurut mitos jika melanggarnya maka jalinan kisahnya bisa putus setelah mereka mengunjungi Telaga ini. Hal ini karena Telaga Remis merupakan simbol dari kerendahhatian pangeran muslim.

Untuk itu dianggap pantang jika menodai kerendahatiannya dengan cara digunakan untuk pacaran. Dan air mata sendiri juga bisa menjadi simbol yang meyakini akan jadi dampak siapapun yang melanggarnya. Mitos ini memang masih ada juga yang percaya hingga saat ini. Namun untuk keindahan dari telaga remis ini bukanlah mitos belaka. Keindahannya begitu nyata hingga menarik perhatian banyak orang untuk mendatanginya.

Tak hanya itu saja bahkan selain mitos soal larangan berpacaran, banyak juga yang mengaitkan dengan pesugihan. Pesugihan yang dipercaya di tempat ini adalah pesugihan putih yang nantinya tidak akan memakan tumbal. Hanya perlu untuk menuruti serangkaian hal hal yang harus dilakukan. Namun perlu diingat jika pesugihan pesugihan apapun bentuknya tentunya bukanlah hal yang baik. Alangkah baiknya jika bekerja keras untuk mendapatkan apapun yang diinginkan.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30