DKI Jakarta tengah merayakan ulang tahun yang ke-493 tahun pada 22 Juni 2020. Tak hanya itu saja bahkan di ulang tahun kali ini sangat berbeda dari tahun-tahun sebelumnya hal ini akibat adanya pandemi virus corona atau covid-19.
Diketahui bahwa Monumen Nasional (Monas) saat ini dikenal lambang atau Ikon Jakarta. Tak hanya itu saja bahkan dengan bentuk yang khas dan luas area sampai 80 hektar, Monas juga memiliki peran penting sebagai ruang terbuka hijau di pusat Jakarta.
Berikut ini fakta-fakta menarik Monumen Nasional yang belum banyak diketahui publik serta Bikin Bangga Saat Rayakan Ultah Jakarta.
1. Makna dan Filosofi Monas
Monumen Nasional merupakan tugu yang melambangkan keperkasaan dari perjuangan bangsa Indonesia. Tugu Monas berada di tengah Lapangan Merdeka, tepatnya di Lapangan Ikada yang pernah digunakan Ir Soekarno dan Mohammad Hatta sebagai tempat untuk mengadakan rapat raksasa.
Baca Juga: HUT DKI ke-493, Anies: Terkendalinya Pandemi Covid-19 Jadi Kado Terindah
Saat itu keduanya membantu kekuatan rakyat untuk mengusir penjajah yang akan kembali dan merebut kekuasaan pemerintah dari Jepang. Pembangunan Monas pada 17 Agustus 1945 memang dijadikan simbol yang dituangkan dalam wujud tugu agar rakyat dapat mengenang persitiwa luar biasa tersebut.
Dalam membangun Monas yang diupayakan dari perencanaan, konstruksi, dan material digunakan berasal dari dalam negeri dan juga bantuan luar negeri dari Jepang, Jerman Barat, Italia, dan Prancis. Sebelumnya pembangunan Monas dilaksanakan dalam tiga tahap. Monumen yang memiliki tinggi 132 meter (433 kaki) itu telah dibuka untuk umum sejak 12 Juli 1975 setelah pembangunan yang dimulai pada 17 Agustus 1961.
2. Pembangunan sempat ditentang
Tak hanya itu saja bahkan di balik ke indahan Monas yang mulai dibangun pada 17 Agustus 1961. Pembangunan Monas sempat ditentang oleh berbagai kalangan, khususnya mahasiswa.
Bahkan dengan tinggi Monas yang 132 meter itu merupakan salah satu proyek mercusuar Presiden Soekarno, selain Gelora Bung Karno dan banyak tugu lainnya.
Banyak pihak yang menggangap membangun Monas adalah suatu pemborosan mengingat Indonesia yang belum begitu lama merdeka masih membangun dalam berbagai sektor. Akhirnya pada 12 Juli 1975, Monas dibuka untuk umum.
3. Rancang Bangunan yang Memiliki Arti
Bentuk Monas sebenarnya melambangkan lingga dan yoni. Lingga adalah tiang tanda kelaki-laki yang melambangkan kesuburan dan yoni adalah landasan obelisk yang melambangkan perempuan yang feminin.
Tak hanya itu saja bahkan ide ini berasal dari Soekarno sendiri. Bentuk monas juga sering disandingkan dengan alu dan lesung, untuk menumbuk padi.
Monumen Nasional (Foto:Dok.Istimewa)
Ukuran Monas melambangkan tanggal Kemerdekaan RI, yakni tinggi pelataran cawan dari dasar 17 meter. Sedangkan rentang tinggi antara ruang museum sejarah ke dasar cawan adalah 8 meter (3 meter di bawah tanah ditambah 5 meter tangga menuju dasar cawan). Luas pelataran yang berbentuk bujur sangkar, berukuran 45 x 45 meter.
4. Ganti Nama Beberapa Kali
Bhakan tak hanya itu saj apasalnya Monas dan area sekitarnya dikenal dengan berbagai nama. Mulai dari Lapangan Gambir, Lapangan Ikada, Lapangan Merdeka, Lapangan Monas, dan Taman Monas.
5. Penyumbang Emas untuk Lidah Api Monas
Bahkan di lansir dari majalan anak-anak BoBbo disebutkan bahwa Teuku Markam, seorang saudagar yang berasal dari Nanggroe Aceh Darussalam menyumbang 28 kilogram untuk melapisi lidah api Monas. Semasa hidupnya, Teuku Markam terus berjuang membela tanah air dan kemudian meninggal pada tahun 1985.
Monumen Nasional (Foto:Dok.Istimewa)
Bahkan pada saat pertama kali dibuat, emas yang digunakan untuk melapisi lidah api mempunyai berat 35 kilogram. Tetapi pada tahun 1995, saat Indonesia merayakan ulang tahun emas kemerdekaan yaitu 50 tahun lapisan emasnya ditambah lagi hingga seberat 50 kilogram.
Baca Juga: Yuk Belanja Online Produk Khas Betawi di HUT DKI Jakarta ke-493
Diketahui bahwa lidah api ini melambangkan semangat perjuangan rakyat Indonesia yang berkobar saat melawan penjajah.
6. Tempat Perhelatan PRJ Pertama
Sejak diadakan pertama kali pada 1968, Pekan Raya Jakarta diadakan di Monas. Ini berlangsung sampai 1991 setiap tahunnya. Awal penyelenggaraan PRJ lebih dikenal dengan nama Pasar Malam Gambir.
7. Tidak Sekedar Tugu
Fasilitas di area Monas kian ditingkatkan. Mulai dari pengaturan fasilitas, keamanan, pembersihan tugu, serta penambahan fasilitas dan hiburan seperti lapangan olahraga, air mancur menari, pujasera, dan masih banyak lainnya yang dilakukan oleh Pemda DKI.
Jadilah Monas bukan sekadar tugu, melainkan destinasi wisata andalan warga Jakarta untuk berlibur dan menikmati ruang terbuka nan hijau di tengah pusat Jakarta.