Pasalnya tengah ramai dengan muncul kehebohan di internet, hari ini tanggal 21 Juni 2020 adalah hari kiamat! Tentu saja itu cuma hoax. Begini asal-usul kabar tidak benar itu.
Tak hanya itu saja bahkan pemberitaan soal ramalan kiamat akan terjadi pada hari Minggu 21 Juni 2020 ini sudah beredar sejak sepekan sebelumnya.
Bahkan tak hanya itu saja pasalnya media massa dari Inggris, The Sun, memberitakan isu tersebut pada tanggal 13 Juni, dengan tajuk 'Kalender Maya salah dan dunia akan berakhir pada 'pekan depan', teori konspirasi memperingatkan'.
Baca Juga: Media sosial menggema dengan Ucapan Selamat Ulang Tahun Presiden Joko Widodo ke 59 Tahun
The New York Post pada 13 Juni memberitakan teori konspirasi itu dengan judul 'Ilmuwan berkata kalender Maya memprediksi akhir dunia pada pekan ini'. The New York Post mengutip dari The Sun.
Pencarian di Google menunjukkan isu ini juga banyak diberitakan oleh situs-situs asal India. Misalnya yang terbaru, ada situs Zeenews menerbitkan berita pada hari ini, judulnya 'Kalender Maya memprediksi akhir dunia hari ini, klaim teoritikus konspirasi'.
Lalu dari mana asal-usul keriuhan soal kiamat ini?
Bahkan tak hanya itu saja dilansir Forbes, isu kiamat 21 Juni ini dikabarkan oleh The Sun berdasarkan cuitan ilmuwan muda peraih beasiswa Fullbright, namanya Paolo Tagaloguin. Sayang sekali, cuitan Paolo Tagaloguin sudah dihapus. Bukan hanya cuitan Tagaloguin saja yang dihapus, namun juga seluruh akun Twitter, LinkedIn, dan Instagram-nya juga sudah dihapus.
Bahkan pencarian Twitter, ada akun atas nama Paolo Tagaloguin namun ternyata ini hanya akun kloning dari akun Paolo Tagaloguin yang sudah telanjur terkenal. Akun kloningan ini baru mencuit pertama kali (langsung soal kiamat) pada 15 Juni, bukan pada 13 Juni seperti saat The Sun memberitakan pertama kali.
Lantas bagaimana dengan The Sun? Ternyata, berita The Sun berjudul 'Kalender Maya salah dan dunia akan berakhir pada 'pekan depan'' sudah tidak bisa diakses lagi. detikcom mencoba mengakses tautannya pada pukul 08.00 WIB, yang muncul dalam tampilan tautan itu adalah 'Whoops! kami tidak bisa menemukan apa yang Anda cari'.
Tak hanya itu saja bahkan soal sosok Paul Tagaloguin, nama ini ada di situs Fulbright Filipina dengan nama Paolo M Tagaloguin, menjalani studi Master di bidang bioteknologi. Dia berasal dari Universitas Negeri Mindanao, Kota General Santos.
Baca Juga: Presiden Jokowi Ulang Tahun ke-59, Ini Kata Jubir: Tak Ada Perayaan
Namun tak hanya itu saja bahkan sebenarnya, orang-orang Suku Maya tidak pernah memprediksi akhir zaman melainkan hanya waktu berakhirnya kalender mereka karena siklusnya telah habis. Eric Mack dari Forbes menuliskan, ini sama seperti orang tua kita yang membuang kalender lama tiap Desember. Ini bukan pertanda apapun kecuali hanya pertanda dimulainya tahun baru.
Paolo Tagaloguin dalam cuitan yang telah dihapus berpendapat, selama ini orang telah salah tafsir terhadap kalender Suku Maya. Semula, orang menafsirkan kiamat versi kalender Maya jatuh pada 12 Desember 2012. Padahal, di kalender Gregorian yang umum dipakai sekarang, ada 11 hari yang berkurang tiap tahunnya.
Bahkan kalender Gregorian dipakai sejak 1752 hingga sekarang, alias sudah 268 tahun yang lalu. Maka 11 hari yang hilang dikalikan 268 tahun berarti 2.948 hari alias 8 tahun. Bila otak-atik ini dipakai, maka kiamat bukan terjadi pada 21 Desember 2012, namun 21 Juni 2020.
Dilansir SyFy, Astronomer bernama Phil Plait menjelaskan bahwa 21 Desember 2012 itu sebenarnya sudah merupakan hitung-hitungan hasil konversi kalender Maya, jadi tidak perlu dihitung ulang lagi dengan membandingkannya dengan kalender Julian.
"Tak ada alasan bahkan untuk membawa-bawa kalender Julian. Ini tidak masuk akal," kata Phil Plait.
Bahkan Majelis Ulama Indonesia (MUI) meminta agar masyarakat tidak terpengaruh dengan isu kiamat 21 Juni 2020 itu. MUI menyebut berita itu tidak benar, karena tanda-tanda akan terjadinya kiamat belum ada.
Baca Juga: Berulang Tahun ke-59, Berikut Cerita Jubir Istana Tentang Presiden Jokowi
"Saya tidak percaya besok kiamat karena tanda-tanda untuk itu belum ada," kata Sekretaris Jenderal MUI Anwar Abas, ketika dihubungi wartawan.
MUI percaya dengan tanda-tanda kiamat seperti yang pernah disampaikan Nabi Muhammad SAW, yakni ada asap, dajjal, binatang besar, matahari terbit dari barat, Nabi Isa turun ke bumi, munculnya Ya'juj dan Ma'juj, tiga kali gempa bumi, dan api keluar dari Yaman sehingga menghalau manusia ke Padang Mahsyar.
"Karena tanda seperti yang ada dalam hadis Nabi tersebut belum ada maka umat Islam diharap untuk tidak terpengaruh oleh berita-berita tersebut," kata Anwar Abas.