Suku Karo merupakan suku bangsa yang mendiami wilayah Sumatera Utara dan sebagian Aceh meliputi Kabupaten Karo, Kabupaten Aceh Timur, Kabupaten Langkat, Kabupaten Dairi, Kabupaten Simalungun, dan Kabupaten Deli Serdang.
Suku ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu Tanah Karo yang terletak di kabupaten karo.
Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut Bahasa Karo atau Cakap Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas.
Baca Juga: Mengintip Keunikan Kabupaten Karo, Serasa Seperti di Magelang dan Bogor
Suku Karo adalah merupakan suku asli pertama Kota Medan karena Kota Medan didirikan oleh seorang putra Karo yang bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Suku Karo pada mulanya tinggal di dataran tinggi Karo yakni Brastagi dan Kabanjahe.
Dalam Adat Suku Karo terdapat lima merga, yakni Ginting, Karokaro, Sembiring, Tarigan, dan Peranginangin (Bangun). Sehingga setiap orang Karo baik pria dan wanita diwajibkan dibelakang namanya harus ada merganya, tetapi kalau dia wanita sebelum merga harus ada kata beru "Br" contoh "Cantik Br Tarigan".
Nama-nama orang Karo tempo dulu bahkan sekarang masih banyak ditemui unik dan lucu, seperti Nasib Sembiring, Untung Bangun, Hasil Bangun, Meja Ginting, Maklum Ginting, Korsi Ginting, Benar Tarigan, Aksi Tarigan, Batu Tarigan, Dingin Tarigan, Nada Ginting, Rezeki Bangun, Kapsul Tarigan, Bengkel Ginting, Salah Karokaro, Pukul Tarigan, Abdi Tarigan, Telah Bangun, Sopan Gurusinga, Beres Ginting, Menang Ginting, dan masih banyak lagi.
Saya yakin Anda pun, saat membaca tulisan ini pasti tertawa terbahak bahak, karena lucunya nama nama di atas. Dan nama itu memang benar benar ada.
Sebenarnya apa yang mendasari pemberian nama itu sehingga begitu ringkas dan seolah olah “asal” saja, adalah karena pemahaman orang orang Karo terdahulu bahwa semua benda itu mempunyai roh.
Baca Juga: Ini 8 Keunikan Provinsi Sumut Djamin Membuat Terkagum-kagum
Meja itu punya roh, kursi itu punya roh, bahkan apapun yang saat itu diingat oleh sang ayah dan ibu adalah karena roh juga. Misalnya saat mau memberi nama anaknya, dia teringat akan kata Jatuh, maka segera akan memberi nama anaknya Jatuh. Karena pada saat itu dia berfikir roh si meja, roh si kursi, roh si batu akan menjadi pendamping dan penolong anaknya sepanjang hidupnya.
Semua benda punya roh, atau semua benda dan zat punya hidup, adalah kepercayaan para filsuf Yunani Kuno yang beraliran Hylozoisme (Hylozoismà Hyle adalah benda atau zat, zoa adalah hidup). Saya tidak ingin mengatakan bahwa Orang Karo beraliran filsafat Hylozoisme, atau keturunan Yunani.Tapi sebenarnya ada kecerdasan berbudaya dibalik pemberian nama yang lucu lucu itu.