Rawa Pening yang berada empat kecamatan di Kabupaten Semarang, yaitu Kecamatan Ambarawa, Bawen, Tuntang, dan Banyubiru punya luas 2.670 hektare.
Rawa Pening ini berada di cekungan terendah lereng Gunung Telomoyo, Gunung Merbabu, dan Gunung Ungaran. Rawapening adalah danau yang terjadi secara alamiah.
Di balik pesona keindahan Rawa Pening menyimpan kisah mistis yang tragis. Legenda Rawa Pening masih dipercaya warga sekitar hingga kini. Ular besar yang sering dilihat warga dipercaya sebagai jelmaan Si Baru Klinting. Untuk menghormati legenda tersebut, warga sekitar masih rutin menggelar acara ritual larung sesaji setiap setahun sekali.
Baca Juga: Danau Tondano di Sulut, Terbentuk dari Kisah Cinta Marimbaouw & Maharimbaouw, Benarkah?
Misteri Rawa pening tak cuma tentang ular siluman. Kadang kala, pada malam hari terdengar tabuh gamelan yang cukup keras bergema di sekitar danau dan sungai. Suara itu mirip suara tabuhan gamelan pewayangan, seakan-akan ada hajatan yang sedang digelar. Padahal, tidak ada penduduk desa yang sedang menggelar hajatan.
Jika kita mencari sumber suara tersebut, suara itu seperti dari seberang sungai, atau danau. Tapi ketika kita menyeberang, sesampainya di seberang suara tersebut menjadi seolah-olah berasal dari tempat kita semula. Aneh tapi nyata, begitulah kenyataannya.
Baca Juga: Liang Tembo Sitaro, Wisata Punya Gua Berisi Tengkorak yang Mengerikan dan Penuh Mistis
Suara tabuhan gamelan itu bagi kami merupakan pertanda bahwa keesokan harinya pasti akan ada yang meninggal, kecelakaan, atau tenggelam. Mitos menyebutkan, tidak ada orang asli Tuntang yang pernah menjadi korban.