Buat yang Belum Tahu Simak Yuk! Tradisi Sekaten Budaya Islam Jawa di Keraton Yogyakarta dan Surakarta

Buat yang Belum Tahu Simak Yuk! Tradisi Sekaten Budaya Islam Jawa di Keraton Yogyakarta dan Surakarta

Yuli Nopiyanti
2020-06-01 06:00:00
Buat yang Belum Tahu Simak Yuk! Tradisi Sekaten Budaya Islam Jawa di Keraton Yogyakarta dan Surakarta
Tradisi Sekaten Budaya Islam Jawa di Keraton Yogyakarta dan Surakarta (Foto:Dok.Istimewa)

Daerah Jawa memiliki berebapa tadisi yang sampai sekarang masih di lestarikan tak hanya itu saja bahkan tradisi Sekaten adalah tradisi dari dua keraton dari Kerajaan Mataram, Ngayogyakarto Hadiningrat (Yogyakarta) dan Surakarta Hadiningrat (Solo). Diadakan dalam rangka peringatan kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulud Nabi). Budaya yang tetap lestari sejak abad ke-16 ini biasa dilaksanakan pada bulan Rabiul Awal tahun Hijriyah atau bertepatan bulan Mulud (Bulan Jawa).

Perihal Asal Usul Istilah Sekaten

Terdapat beragam pendapat yang berkaitan dengan penamaan Tradisi Sekaten. Pendapat yang populer adalah Sekaten berasal dari istilah bahasa arab “Syahadataini“. Istilah tersebut mewakili Dua Kalimat Syahadat dalam Islam.

Dua kalimat yang dimaksud adalah syarat wajib bagi seseorang yang hendak memeluk Agama Islam. Kalimat ini memiliki pengertian “aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Nabi Muhammad adalah utusan Allah“.

Selain itu ada juga pendapat yang mengatakan asal-usul istilah Sekaten berasal dari istilah-istilah lain, sebagai berikut:

- Sahutain dengan pengertian menghentikan atau menghindari perkara dua, yakni sifat lacur dan menyeleweng.

- Sakhatain yang berarti menghilangkan perkara dua, yaitu watak hewan dan sifat setan, karena watak tersebut sumber kerusakan;

- Sakhotain bermakna menanamkan perkara dua, yaitu selalu memelihara budi suci atau budi luhur dan selalu menghambakan diri pada Tuhan;

- Sekati berarti setimbang, orang hidup harus bisa menimbang atau menilai hal-hal yang baik dan buruk;

- Sekat berarti batas, orang hidup harus membatasi diri untuk tidak berbuat jahat serta tahu batas-batas kebaikan dan kejahatan.(K.R.T. Haji Handipaningrat : 3).

Baca Juga: Muncak Tirtayasa, Destinasi Wisata yang Instagramable di Pesawaran Lampung

Pelaksanaan Upacara Sekaten

Bahkan tak hanya itu saja pasalnya dalam pelaksanaan Sekaten, baik yang ada di Yogyakarta maupun Surakarta selalu tidak bisa dilepaskan dari perangkat Gamelan milik kedua keraton tersebut.

Namun tak hanya itu saja pasalnya di keraton Yogya, gamelan Sekaten terdiri dari dua perangkat, yakni gamelan Kyai Nogowilogo dan Kyai Guntur Madu. Sementara itu, di Keraton Surakarta terdapat dua perangkat gamelan yakni Kyai Guntur Madu dan Kyai Guntur Sari.

Sejak beberapa hari sebelum 12 Robiul Awal (Maulud) gamelan akan dimainkan. Bedanya, di keraton Yogya, prosesi dimulai pada tanggal 6 Rabiul Awal (Maulud), sementara di keraton Surakarta sehari lebih awal, yakni 5 Rabiul Awal (Maulud).

Dalam tradisi Keraton Jogja, biasanya sejak sebulan sebelum Upacara Sekaten diadakan Pasar Malam Perayaan Sekaten. Kita juga bisa mendapati dua tradisi yang ikut meramaikan Upacara Sekaten yakni Tumplak Wajik dan Tradisi Grebeg.

Bahkan tumplak Wajib adalah upacara pembuatan wajik (makanan khas yang terbuat dari beras ketan dengan gula kelapa). Ini merupakan awal dari pembuatan pareden yang digunakan dalam upacara Garebeg.

Adapun Tradisi Grebeg Muludan adalah puncak peringatan Sekaten yang dimulai sejak jam 08.00 pagi tanggal 12 Rabiul Awal, bertepatan dengan Kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Baca Juga:  Pulau Samalona, Destinasi Wisata Surga yang Menakjubkan di Selat Makassar

Perihal Sejarah Tradisi Sekaten

Tradisi Upacara Sekaten merupakan warisan budaya Islam di Tanah Jawa. Sebuah tradisi yang dimulai sejak Jaman Demak, yakni jaman Kerajaan Islam setelah runtuhnya Kerajaan Majapahit pada tahun 1400 Saka atau 1478 Masehi.

Seperti diketahui bahwa Kebudayaan Jawa sebagian besar merupakan hasil akulturasi, tidak terkecuali dengan Tradisi Sekaten. Terdapat Folklor yang berkembang dimasyarakat bahwa Upacara Sekaten adalah salah satu warisan nilai budaya yang dilaksanakan turun-temurun oleh nenek moyang.

Pada masa Kerajaan Majapahit upacara Aswameda dan Asmaradana biasa diselenggarakan di candi-candi. Kemudian, sejak pemerintahan Hayam Wuruk, pelaksanaannya di pindah ke tengah kota yang ditandai dengan upacara sesaji yang disebut Srada (Sesaji untuk para leluhur).

Sekaten Sebagai Budaya Islam

Bahkan tak hanya itu saja Agama Islam mulai berkembang ditanah jawa pada takkisaran abad ke-14 dengan dipelopori oleh para wali yang diketahui berjumlah sembilan (Walisongo). Untuk mengetahui kemajuan perkembangan Agama Islam di Tanah Jawa, diselenggarakanlah pertemuan tahunan di Kota Demak.

Pertemuan itu biasa berlangsung selama satu minggu di bulan Rabiul Awal. Sebagai penutup pertemuan tersebut biasanya diadakan keramaian besar untuk merayakan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW (Maulud Nabi).

Sebagai Agama yang masih baru, usaha penyebaran pun terus ditingkatkan mengingat masyarakat Jawa pada waktu itu sebagian besar masih memeluk Agama Hindu.

Baca Juga: Gunung Pungguk di Kaltara Memiliki Sebuah Goa yang di Dalamnya Banyak Tengkorak, Ngeri?

Selanjutnya, berdasarkan kesepakatan hasil Musyawarah digelarlah kegiatan syiar Islam secara terus-menerus selama 7 hari menjelang hari kelahiran Nabi Muhammad S.A.W.

Diketahui melalui saran Sunan Kalijaga, peringatan Maulud Nabi tersebut dalam pelaksanaannya akan disesuaikan dengan tradisi dan budaya Jawa.

Agar kegiatan tersebut menarik perhatian rakyat, dibunyikanlah dua perangkat gamelan buah karya Sunan Giri membawakan gending-gending ciptaan para wali, terutama Sunan Kalijaga.

Setelah mengikuti kegiatan tersebut, masyarakat yang ingin memeluk agama Islam dituntun untuk mengucapkan dua kalimat syahadat (syahadatain). Dari kata Syahadatain itulah kemudian muncul istilah Sekaten sebagai akibat perubahan pengucapan.


Share :

HEADLINE  

Kaesang Optimis PSI Tembus Senayan Minta Kader Kawal Real Count

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 17, 2024 09:44:02


Hasil Real Count KPU Sulawesi Tengah: Suara PSI Tembus 4,17%

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 21:11:41


Pemuka Agama Himbau Semua Terima Hasil Pemilu, Saatnya Rekonsiliasi

 by Andrico Rafly Fadjarianto

February 16, 2024 13:44:30