Danau Singkarak adalah destinasi wisata alam yang menarik perhatian para pengunjung saat bertandang ke Sumatra Barat.
Danau Singkarak merupakan danau terluas kedua di Sumatera setelah Danau Toba, memilki luas 107,8 kilometer persegi dengan ketinggian 363,5 meter dari permukaan laut. Terletak di dua Kabupaten, di Sumatera Barat, yaitu Kabupaten Solok dan Kabupaten Tanah datar. Danau ini menyimpan banyak cerita menarik. Utamanya ada kisah turun temurun di kalangan masyarakat sekitar danau.
Salah satunya cerita terowongan yang menghubungkan Danau Singkarak ke Danau Maninjau.
Sulit memang jika dicerna dengan logika. Hingga kini, belum satu pun penemuan yang bisa membuktikan keberadaan terowongan tersebut.
Selain itu, Pengunjung akan disuguhkan pemandangan indah dengan hamparan air dikelilingi bebukitan nan hijau. Di balik keindahan Danau Singkarak tersimpan cerita asal mula danau ini terbentuk. Selain itu, ada banyak versi mengenai sejarah danau ini terbentuk.
Menurut cerita yang dihimpun dari berbagai sumber, dahulu ada satu keluarga yang hidup di tepi laut. Pak Buyung bersama istri dan anak laki-lakinya bernama Indra. Sehari-hari Pak Buyung dan istri bekerja di hutan di Bukit Junjung Sirih, untuk mencari hasil hutan kemudian menjualnya di Pasar.
Jika musim ikan, Pak Buyung meraup rezeki dengan memancing ikan di laut.
Indra anaknya selalu membantu baik di hutan atau pun di laut. Indra tumbuh menjadi anak yang patuh, hanya saja Pak Buyung dan istri khawatir dengan pola makan Indra.
Porsi makannya melebih rata-rata anak seusianya, bahkan di atas porsi makan orang dewasa. Satu kali makan, Indra dapat menghabiskan satu bakul nasi dan lauk dalam jumlah yang besar.
Suatu masa musim paceklik tiba, Pak Buyung dan keluarga harus menghemat makanan. Mereka tidak lagi makan nasi setiap hari, diselingi dengan mengkonsumsi ubi. Karena musim paceklik berlangsung panjang dan persediaan makanan mereka semakin sedikit, Pak Buyung dan istri tidak lagi mempedulikan makan Indra. Mereka hanya memikirkan perut mereka masing-masing.
Hingga suatu hari Indra merengek minta makan kepada orang tuanya. Mendengar rengekan Indra, Pak Buyung marah dan menyuruh Indra untuk mencari makanan di hutan sendirian. Sebelum berangkat ke hutan Indra terlebih dahulu memberikan makan ayam peliharaannya bernama Taduang.
Telah satu bulan Indra bolak-balik hutan dan laut, tapi tetap tidak ada hasil. Sementara itu kedua orang tuanya hanya bermalas-malasan di gubuk. Namun, Indra tidak putus asa, ia tetap berusaha. Suatu hari ketika Indra ke laut, ibunya juga pergi ke laut, tapi tidak ke tempat yang sama dengan Indra.
Ibunya berhasil mendapatkan makanan (pensi) kerang air tawar berukuran kecil. Sesampainya di rumah, sang ibu memasak pensi tersebut. Setelah matang Pak Buyung dan istri menyantap pensi tersebut hingga habis tanpa memikirkan anak mereka yang juga kelaparan.
Setelah kenyang menyantap pensi, Pak Buyung dan istri tertidur di dapur, tidak lama kemudian Indra Pulang dari laut. Ia melihat kedua orang tuanya terlelap dengan cangkang pensi di sekitar mereka.
Menyaksikan hal itu Indra sedih dan duduk di batu besar di samping rumahnya. Indra merasa orang tuanya tidak lagi peduli kepadanya. Mereka tega menghabiskan makanan, tanpa menyisihkan bagian Indra.
Indra menceritakan kesedihannya pada Taduang. Ayam itu berkokok berulang kali sambil mengepakkan sayapnya, seakan merasakan kesedihan Indra saat ini. Indra memegang kaki Taduang, seketika ayam itu terbang, anehnya batu yang diduduki Indra ikut terangkat.
Semakin tinggi terbang, batu tersebut semakin besar. Indra mengetahui bahwa Taduang tidak lagi kuat terbang dengan membawa Indra dan batu besar itu. Indra meletakkan kakinya di atas batu, seketika batu itu terhempas ke bumi dan menghantam salah satu bukit di sekitar lautan.
Secepat kilat air laut mengalir ke lubang itu dengan melewati bukit-bukit di sekitarnya. Dari ceritanya inilah penyebab adanya sungai ombilin, yang kini mengalir hingga ke Provinsi Riau. Sedangkan laut yang airnya mengisi lubang besar itu, semakin surut. Hinnga kini laut itulah dikenal sebagai Danau Singkarak.
Kemudian, cerita terowongan yang menghubungkan Danau Singkarak ke Danau Maninjau. Sulit memang jika dicerna dengan logika. Hingga kini, belum satu pun penemuan yang bisa membuktikan keberadaan terowongan tersebut.
Cerita terowongan ini sering dikaitkan dengan keberadaan Tangga Batu Basurek di dasar Danau Singkarak yang diyakini berada di Sumpur Kudus.
Sejarawan Universitas Andalas, Gusti Asnan, mengaku pernah mendengar cerita-cerita mistis terkait Danau Singkarak.
"Ya, Bung, saya pernah dengar cerita itu," kata Gusti Asnan.
"Malahan ada cerita-cerita lainnya tentang perpindahan ikan besar dari Maninjau ke Singkarak atau sebaliknya. Atau ada orang yang hilang di Maninjau bisa muncul di Singkarak, atau sebaliknya," ujar Gusti.
Cerita-cerita mistis ini seperti tak hanyut ditelan zaman. Faktanya, terowongan bawah air terpanjang memang ada di Danau Singkarak.
Tahun 1992, Perusahaan Listrik Negara membangun terowongan sepanjang 19 kilometer untuk memutar turbin Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Singkarak di Asam Pulau, Lubuk Alung, Kabupaten Padang Pariaman, dengan kapasitas 175 MW.
Terowongan ini menembus perut Gunung Merapi, sehingga tercatat sebagai terowongan air terpanjang di Tanah Air yang mulai beroperasi pada 1998. Ini menjadi pembuangan air Danau Singkarak kedua yang bermuara ke pantai barat Samudra Hindia.
Banyak pihak menghubungkan terkait misteri terowongan di dasar Danau Singkarak menuju Maninjau dengan Patahan Semangko yaitu sesar geser aktif yang membentuk jejeran Bukit Barisan yang terbentang dari Aceh hingga Lampung. Secara geologi, jalur Patahan Semangko melintasi Danau Singkarak.