Kalimantan Barat (Kalbar) sangat terkenal dengan tradisi nyalakan meriam karbit menjelang lebaran. Tradisi ini bisa ratusan meriam karbit disiapkan untuk memeriahkan menjelang ramadan di sepanjang pinggir Sungai Kapuas, Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat.
Sebagai permainan tradisional, permainan meriam karbit tidak bisa terpisahkan dengan kehidupan masyarakat Pontianak khususnya yang bermukim di pinggiran Sungai Kapuas. Apalagi meriam karbit merupakan bagian dari sejarah berdirinya Kota Pontianak.
Meriam karbit terbuat dari kayu balok yang diikat dengan rotan, dengan ukuran panjang rata-rata sekitar lima hingga tujuh meter dan diameter 60 - 70 centimeter. Untuk membunyikannya, dibutuhkan karbit yang dimasukkan ke dalam meriam hingga mencapai titik didih tertentu kemudian siap disulut. Suara yang dihasilkan meriam karbit ini sangat menggelegar, bahkan getarannya bisa dirasakan oleh warga yang bermukim di sekitar area meriam itu dimainkan.
Setiap digelar festival meriam karbit ini, tidak jarang mengundang rasa penasaran para wisatawan untuk menyaksikan dan mendengar langsung bunyi permainan tradisional ini. Bahkan, mereka memberanikan diri untuk menyulut langsung meriam karbit tersebut.
Nah, ditengah pandemi covid-19 ini apakah tradisi nyalakan meriam karbit ini tetap dilaksanakan di Kalbar saat menjelang lebaran?