Gua Hantu atau masyarakat menyebutnya dengan Gua Hawang berada di Desa Letvuan, Maluku Tenggara. Berbeda dari namanya, meski masih terasa aura mistisnya nyatanya gua ini sudah dikelola dengan baik dan jadi destinasi wisata unggulan Maluku Tenggara.
Setiap akhir pekan bukan hanya wisatawan lokal yang mandi dan berenang di sini, bule-bule pun suka menikmati air yang dingin semriwing ini. Bagi yang berani bahkan bisa menyelam atau free dive di gua yang punya air dengan kedalaman 1 sampai 3 meter ini.
Airnya pun serupa kristal, bening hingga dasarnya terlihat, tentu ini membuat siapapun nyaman berenang di sini. Bahkan, anak-anak desa pun kegirangan cliff jump di bebatuan yang berada di sekitarnya. Dengan ketinggian yang lumayan hingga 5 meter.
Namun di balik indahnya gua yang jernih dan penuh dengan staklaktit dan staknit ini ada cerita kutukan dahulu kala. Dimana, dahulu ada pemburu yang minum dan mandi bersama anjingnya di sini. Karena ngomong yang tidak enak makanya dia langsung jadi batu sama anjingnya.
Batu hasil kutukan itupun masih berdiri tegak 'menemani' para pengunjung yang berenang-renang. Disebut Gua Hantu karena hanya sekadar nama yang diberikan orang-orang dulu karena bentuk gua ini sedikit menyeramkan dengan tekstur bebatuan tidak beraturan. Apalagi gua ini pun menyimpan mitos dan fakta yang unik.
Air di gua ini ketika ambil agak tawar kalau dibawa ke atas beda lagi. Orang yang belum dapat jodoh dimandikan di sini. Kalau sakit buat juga air ini bisa buat basuh muka bisa sembuh. Kalau cerita mistis memang tergantung kepercayaan setempat karena kalau di Kei ini terbiasa dengan adat dan budaya kepercayaan.
Di balik cerita mistis yang melingkupinya nyatanya masyarakat di desa ini jeli memanfaatkan potensi pariwisata. Sehingga gua yang awalnya dianggap menyeramkan ini malah berbalik menjadi begitu memikat.
Tempat ini adalah Gua Hawang sudah dibuka sejak 2014 pada waktu itu ada kegiatannya penggalangan dana untuk pembangunan gereja di Ohoi Letvuan saat itu membutuhkan dana maka dengan inisiatif para supir membuka tempat ini, goa ini sudah ada sejak leluhur. pembangunan desa membutuhkan dana yang besar makanya membuka lokasi ini dan memulai pencarian dana, dari situ mulai berkembang.
Pembangunan pun dengan menggunakan dana desa serta bantuan PSU dari Dinas PUPR sehingga gua pun menjadi semakin cantik dengan sarana memadai, seperti toilet, parkir, dan ruang ganti. Otomatis, tempat yang semakin nyaman membuat pengunjung pun semakin banyak.
Ramainya ketika liburan misalnya liburan Lebaran terus ramainya pada hari Minggu. Sehari kadang paling banyak di atas 200 orang, tiket masuk itu mobil Rp 25 ribu per mobil sedangkan motor 15 ribu. Pendapatan di GuaHawang kalau sedang banyak 1 hari bisa Rp 300 sampai 400 ribu dan masuk ke BumDes.