Bulan Ramadan 1441 Hijriah telah memasuki hari-hari penghujungnya. Ramadan telah memasuki 10 hari terakhirnya. Bulan penuh rahmat yang telah datang sebentar lagi akan pergi, maka dianjurkan kepada umat muslim untuk memaksimalkan 10 hari terkahir tesebut.
Menurut Ustaz Shamsi Ali, seorang Imam masjid di New York, Amerika Serikat sepatutnya seluruh uat muslim memanfaatkan kesempatan 10 hari terkahir Ramadan dengan sebaik-baiknya. 10 hari terakhir Ramadan patutnya dijadikan momentum untuk merindu dan meridu Tuhan, Allah SWt.
“Sepuluh (hari) akhir Ramadan semestinya dapat melahirkan rasa rindu dalam diri hamba-hamba-Nya. Merindukan Rasulullah SAW, rindu surga-Nya, dan tentunya kerinduan terbesar adalah menatap wajah Ilahi kelak, “ kata Ustaz Shamsi Ali melalui pesan Whatsapp-nya kepada Media Indonesia, kemarin.
Imam masjid di New York, Amerika Serikat tersebut juga mengungkapkan, dari sekian kesenangan ukhrawi kelak, tak ada lagi yang paling diimpikan seorang hamba selain menatap wajah Sang Pencipta. Secara khusus ‘menatap wajah-Nya’ itu disebut dengan kebahagiaan yang ziyadah atau ditambahkan.
Alquran menggambarkan kegembiraan itu. Wajah-wajah ahli surga bersinar memandang wajah Tuhan mereka seperti termaktub pada Alquran Surah Al Qiyamah yang artinya, ‘Dan pada hari itu wajah mereka bercahaya. Mereka memandang wajah Tuhan mereka’.
Ustaz Shamsi Ali juga menuturkan untuk terwujudnya kerinduan pada Tuhan diperlukan mujahadah penuh dalam ibadah di satu sisi. Di sisi lain, sang hamba mengesampingkan sementara segala godaan nafsu duniawi.
Karena itu, di hari-hari terakhir inilah hati dan jiwa, kata Shamsi, bahkan raga hamba-hamba yang beriman dengan sepenuhnya didedikasikan untuk-Nya. “Betapa tidak? Makan, minum, tidur, bahkan semua kesenangan dunia untuk sementara dikesampingkan atau dikurangi demi mencari rida-Nya,” tutur Shamsi.
Secara khusus Allah SWT mengingatkan mereka yang beriktikaf pada 10 hari terakhir Ramadan agar tidak melakukan hubungan suami-istri. Jika 20 hari di awal Ramadan larangan hubungan suami-istri berlaku di siang hari, di 10 malam terakhir larangan itu juga berlaku.
“Hal ini mengindikasikan urgensi melawan godaan kesenangan dunia sementara yang menjadi penghalang seorang hamba menuju jalan Rabb-nya. Karena itu, perjuangan mengesampingkan nikmat duniawi sementara dalam perjalanan menuju Tuhan merupakan bukti kerinduan dalam menatap wajah-Nya. Beruntunglah siapa yang menyucikan jiwa dan ingat kepada Allah dan salat,” ucapnya.
Setelah melalui hari-hari perjuangan mengesampingkan godaan dunianya, kata Shamsi, jiwa seorang hamba akan semakin bersinar dan merasakan ketenangan di saat dunia dilanda keguncangan.
Tidakkah dengan mengingat Allah hati menjadi tenang?
“Pada hari di mana harta dan anak tidak lagi memberikan manfaat. Terkecuali mereka yang datang menghadap Tuhan mereka dengan jiwa yang bersih,” ujar Shamsi Ali mengutip ayat Alquran.
Hati-hati yang tenang itulah yang akan dipanggil dengan panggilan kerinduan, sebagaimana firman-Nya, “Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dalam keadaan rida dan diridai.”