Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) saat perayaan Cap Go Meh terdapat beberapa tradisi atau cerita yang telah dipercaya oleh masyarakat Tionghoa yang turun temurun.
Tradisi serta legenda terkait perayaan Cap Go Meh menjadikan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Tionghoa di Kota Palembang, luar kota hingga luar negeri.
Berikut beberapa kisah dan tradisi yang berkaitan dengan Cap Go Meh di Sumatera Selatan dikutip dari berbagai sumber:
1. Enteng Jodoh di Pulau Kemaro
Enteng Jodoh di Pulau Kemaro (foto: Gapura News)
Saat perayaan Cap Go Meh ada kisah menarik untuk diikuti di Pulau Kemaro. Banyak yang percaya, bila setiap perayaan Cap Go Meh datang ke Pulau Kemaro, maka hubungan asmaranya akan menjadi langgeng dan menjadi jodoh.
2. Lepas Burung
Lepas Burung (foto: Nusantara-Rmol)
Hal unik lain yang terkait dengan perayaan Cap Go Meh di Sumatera Selatan yakni melepaskan burung. Bagi masyarakat Tionghoa, melepas burung dapat mengurangi karma buruk dan memperlancar rezeki.
Sebelumnya, doa kepada Tuhan dipanjatkan terlebih dahulu. Masyarakat Tionghoa mempercayai semakin banyak burung yang dilepas, semakin enteng pula dosa yang ditanggung.
3. Bakar Uang
Bakar Uang (foto: Picuki)
Tradisi unik lainnya terkait dengan perayaan Cap Go Meh adalah tradisi membakar uang-uangan. Tradisi ini kerap dilakukan oleh masyarakat Tionghoa terutama yang menganut ajaran Tri Darma (Budhisme, Khonghucu dan Taoisme).
Setiap kali melakukan persembahyangan mereka menyediakan sam seng, tiga makanan berjiwa dari udara, air dan daratan. Selain itu juga membakar kertas yang berupa uang-uangan bagi arwah leluhurnya.
Uang ini terbagi menjadi dua kategori yakni uang emas (Kim Coa) dan uang perak (Gin Coa). Uang emas diperuntukkan bagi dewa-dewa sementara uang perak diperuntukkan bagi arwah leluhur ataupun orang tua yang sudah meninggal.