Ramadan di tengah pandemi telah merubah banyak hal. Kegiatan yang biasa dilakuakn di bulan ramadan, seperti berburu takjil, ngabuburit, buka bersama, dan salat tarawih berjamaah di masjid tidak lagi bisa dilakukan. Wajah kegembiraan ramadan pun seolah redup di tahun ini, semua karena wabah virus corona.
Seperti cerita ramadan seorang sahabat yang berprofesi sebagai wartawan di Jakarta. Seorang jurnalis perantauan dari Banten ini mengungkapkan dirinya rindu liputan lapangan di saat bulan ramadan. Walau demikian wartawan yang mengaku jomblo ini memaknai ramadan seperti tahun sebelumnya yakni momentum ibadah dan mendekatkan diri kepada Tuhan.
"Saya rindu lapangan, liputan, melihat sisi lain Indonesia lewat reportase di bulan ramadan. Tapi tetap ramadan tahun ini dan seterusnya esensi ibadahnya gak pernah hilang, tetap puasa", Ungkap Faisal Aristama jurnalis media online di Jakarta.
Cerita ramadan yang berbeda diungkapkan Khalid seorang mahasiswa di salah satu universitas swasta di Banten. Dirinya mengungkap kerinduannya melihat dan mendengar kecerian ramadan di masjid saat menjalankan salat tarawih. Rindu hal lucu, tingkah kocak anak-anak kecil yang sering kali terjadi saat salat tarawih berlangsung.
"Saya rindu suara bocil-bocil yang teriak amiin padahal belum waladhaliin", tutur Khalid yang juga seorang aktivis di kampus swasta di Banten.
Berbeda lagi dengan Dida Darul Ulum yang berprofesi sebagai dosen di salah satu universitas swasta di Jakarta. Ramadan tahun ini dirinya mengaku rindu kongkow-kongkow ramadan bersama para sahabat hingga waktu sahur tiba. "Rindu kongkow sampe sahur", Ungkap Dida.
Bagi Rizal dan Arif, ramadan di tengah pandemi ini membuat mereka tidak bisa menggelar acara bertemu kangen lewat buka bersama para sahabat sewaktu pesantren dulu. "Yang dirindukan bagi alumni (Pondok Pesantren di Banten) tidak bisa bukber karena takut virus corona", ungkap Rizal dan juga Arif yang bertutur senada.
Cerita ramadan yang kocak justru diungkap Firdaus, seorang buruh pabrik di Tangerang. Ramadan di tengah pandemi corona membuat dirinya tidak bisa berbuka puasa bersama rekan kerja saat jam istirahat pada jam 12 siang alias batal puasa. "Tidak bisa buka puasa bareng teman-temen jam 12.00 siang di warteg", tutur Firdaus. Seperti diketahui beberapa perusahaan industri di Tangerang ditutup dan merumahkan sejumlah karyawannya karena aturan Pembatasan Sosial Bersekala Besar (PSBB).
Kerinduan akan mudik juga mewarnai cerita ramadan tahun ini. Pemberlakukan larang mudik oleh pemerintah membuat masyarakat Indonesia tahun ini tidak bisa melakukan ritual tahunan ini. Seperti yang diungkap Yati yang merindukan kumpul bersama keluarga dan rindu mudik. "Rindu kumpul bersama keluarga, tapi tahun ini tidak bisa mudik", ungkap Yati seorang ibu rumah tangga di Tangerang.
Cerita ramadan yang diungkap di atas mengarah pada satu harapan yang sama, yakni semoga wabah virus corona ini segera berhakhir. Walau dalam situasi yang tidak menentu di tengah pandemi corona kita tetap harus menjaga asa, tetap semangat dan juga mematuhi setiap arahan dan anjuran pemerintah, agar virus corona ini segera sirna. Aamiin..