Umat muslim sedang menjalani puasa ramadhan bahkan tak hanya itu saja setiap bulan Ramadhan, banyak bermunculan bisnis kuliner dadakan. Bisnis musiman ini sudah menjadi hal yang wajar karena orang selalu butuh makanan dan minuman.
Namun tak hanya itu saja, bagaimana bisnis musiman ini dijalankan di tengah pandemik virus corona? Apakah bisa berjalan dengan baik? Atau justru tidak laku?
Tak hanya itu saja bahkan Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Airlangga (FEB Unair) Dr. Tri Siwi Agustina, SE, M.Si membagikan tips atau strategi usaha kuliner pada Bulan Ramadhan meskipun di tengah pandemik Covid-19.
Dosen Unair ini menjelaskan ada 4 tips yang bisa dilakukan produsen atau penjual. Ini tips bisnis kuliner di Bulan Ramadhan:
1. Fokus yang paling dicari
Ketika bulan suci Ramadhan ini, produk kuliner yang dicari konsumen adalah gorengan, kue, makanan siap saji, aneka minuman segar, hingga frozen food.
Namun, pada saat pandemik Covid-19 seperti sekarang ini, jenis minuman yang dicari pasti akan bertambah. Terutama minuman berbahan dasar buah atau rempah yang dipercaya meningkatkan imunitas tubuh.
"Minuman seperti wedang jahe kunyit lemon, wedang uwuh, atau wedang sarabba pasti akan sangat dicari," kata Siwi seperti dikutip dari laman resmi Unair, Minggu 26 April 2020.
2. Pelajari perilaku konsumen
Walaupun sedang ada wabah virus corona, tetapi sifat konsumerisme masyarakat tetap tinggi. Hanya saja ada beberapa hal yang berbeda.
Konsumen lebih mengurangi intensitas keluar rumah, sehingga beralih ke pembelian dalam jaringan (daring) atau online.
Maka, produsen kuliner harus memaksimalkan ponsel pintar untuk aktivitas penjualan. Selain itu, konsumen pada kondisi pandemik mengutamakan kuliner yang menyediakan jasa layan antar atau bawa pulang (take away).
Bahkan tak hanya itu saja, media sosial juga dapat dipakai untuk menjelaskan kebersihan proses produksi hingga pengantaran.
"Pastikan stok tersedia dan perhitungkan waktu pemrosesan dengan waktu pengantaran ke konsumen. Jangan sampai konsumen kecewa karena mendapatkan produk kulinernya melewati waktu berbuka puasa atau melewati jam makan sahur," jelasnya.
Jika konsumen memilih datang ke lokasi penjualan, sediakan produk kuliner dalam bentuk kemasan minimal dua jam sebelum waktu berbuka puasa.
"Pikirkan juga cara pembayaran yang efektif, sehingga konsumen benar-benar hanya datang, mendapatkan produknya, membayar dan langsung pergi," imbuh Siwi.
3. Jaga stok dan bahan baku
Sejak memasuki Bulan Ramadan hingga Hari Raya Idul Fitri, harga sembako tidak stabil. Selain harus mengantisipasi lonjakan harga tersebut, produsen juga harus jeli memperhitungkan jumlah order dengan ketersediaan stok dan bahan baku.
Di masa pandemik Covid-19, hal yang perlu dipertimbangkan untuk menjaga pasokan stok bahan baku adalah faktor transportasi.
Karantina wilayah atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan berpengaruh pada waktu datangnya bahan baku yang dipesan. Hal tersebut selayaknya dipertimbangkan.
4. Kualitas diperhatikan
Hal yang satu ini juga gak kalah penting pasalnya ketika memilih bahan baku dan mengolah produk, produsen harus berhati-hati. Tentu agar tidak memengaruhi kualitas. Jangan sampai memilih bahan baku yang murah, tapi ternyata mendekati kadaluwarsa atau kualitasnya tidak terjamin.
Tak hanya itu saja, saat mengolah produk perhatikan ketahanan produk kuliner, jarak pengantaran, dan pengemasannya.
Jangan sampai karena ingin mengolah produk kuliner lebih awal, justru kualitasnya buruk dan tidak layak dikonsumsi serta berisiko pada kesehatan konsumen.