Besarnya istana menjadi bukti kebesaran dan kejayaan suatu kerajaan. Tak heran pada zaman dahulu para raja berlomba-lomba membangun istana yang megah.
Salah satu bukti masa kejayaan kerajaan di Sumut adalah Istana Maimun. Bahkan Istana ini sudah menjadi ikon di Kota Medan bahkan Sumatera Utara.
Namun, Istana Maimun bukanlah satu-satunya istana yang ada di Sumatera Utara.
Inilah lima istana bernuansa Islam yang ada di Sumut yang bangunan masih berdiri kokoh.
1. Istana Darul Arif Serdangbedagai
Istana Darul Arif Serdangbedagai (foto: Tribun Medan - Tribunnews)
Sisa Kesultanan Serdang dan Kerajaan Bedagai hingga pantai-pantai yang memesona menjadi daya pikat di daerah pesisir Sumatra Utara ini.
Dengan jarak kurang lebih 50 menit dari Bandara Internasional Kualanamu sebagai bandara pengganti Bandara Polonia, Medan, beberapa objek wisata di kabupaten ini bisa menjadi alternatif bagi yang letaknya tak jauh dari bandara.
Sebut saja Istana Darul Arif ini yang berdiri Pada tanggal 29 Juli 1889, didirikan oleh Sultan Sulaiman Shariful Alamshah yang merupakan raja kelima dari silsilah kesultanan Serdang dalam kraton kota Galuh.
Istana Darul Arif Serdang, jauh dari kemewahan. Bahan utama untuk membangun istana ini adalah kayu dan batu bata. Lahan Istana Darul Arif Serdang cukup luas. Istana ini berbentuk seperti rumah panggung.
Ada tiga lantai, lantai paling atas digunakan sebagai menara pengintai. Atap istana ini berbentuk segitiga, untuk atap menara dibuat segitiga berundak-undak.
Di halaman istana terdapat gapura sebagai pintu masuk.
2. Istana Kerajaan Lima Laras Batubara
Istana Kerajaan Lima Laras Batubara (foto: pariwisatasumut)
Istana Kerajaan Lima Laras ini terletak di Desa Laras, Kecamatan Tanjung Tiram, Kabupaten Batubara, Sumatera Utara.
Istana yang sering disebut Istana Niat ini dibangun oleh Datuk Muhammad Yuda, Raja ke-11 dari Kerajaan Lima Laras pada tahun 1907 dan selesai 1912.
Artinya usia istana ini telah lebih dari 1 abad. Kekuasaan kerajaan ini berakhir sekitar tahun 1923 di masa pemerintahan raja ke-12 yakni Datuk Muda Abdul Roni.
Pembangunan istana dengan empat anjungan dan menghadap ke selatan ini mengadopsi arsitektur campuran Eropa, Cina, Melayu.
Unsur Melayu pada bangunan ini sangat dominan pada bentuk hiasan di atap dan jalusi pintu serta jendela.
Lantai pertama istana ini digunakan sebagai tempat bermusyawarah, sedangkan lantai kedua digunakan sebagai tempat tinggal. Tepat di depan Istana Lima Laras terdapat dua buah meriam.
Namun uniknya, meriam ini bukan digunakan untuk menembak musuh, melainkan untuk mengumpulkan rakyat apabila ada pengumuman dari raja.
3. Istana Indra Sakti Tanjung Balai
Istana Indra Sakti Tanjung Balai (foto: Kompasiana)
Tanjungbalai merupakan bagian dari Kabupaten Asahan yang berjarak ± 180 km dari Kota Medan, ibukota Provinsi Sumatera Utara.
Sampai tahun 1946, Asahan merupakan salah satu Kesultanan Melayu yang struktur kerajaannya tidak jauh berbeda dari struktur negeri-negeri Melayu di Semenanjung Malaka pada masa itu.
Sejarah pemerintahan kerajaan ini dimulai dengan penabalan Sultan Abdul Jalil sebagai raja pertama Kerajaan Asahan di Kampung Tanjung pada tahun 1630.
Dalam catatan sejarah, Kerajaan Asahan pernah diperintah oleh sebelas orang raja, sejak raja pertama Sultan Abdul Jalil pada tahun 1630 sampai dengan Sultan Syaiboen Abdul Jalil Rahmadsyah tahun 1933, yang kemudian mangkat pada tanggal 17 April 1980 di Medan dan dimakamkan di kompleks Masjid Raya Tanjungbalai.
Dulunya Istana Indra Sakti ini terletak dekat dengan lapangan pasir tempat pusat kota Asahan, dan sekarang bangunan ini di pindahkan ke ujung Tanjung balai bekas dari bangunan ini sekarang sudah di bangun tempat-tempat perbelanjaan dan toko-toko swasta.
Sekarang bangunan bersejarah ini sudah sangat jarang dikunjungi dan digunakan masyarakat Tanjungbalai.
Hanya beberapa acara-acara tertentu sajalah bangunan ini di pakai itupun yang memakainya hanya dari keturunan-keturunan Sultan saja yang sering menggunakan bangunan ini untuk acara-acara kekeluargaan mereka.
4. Istana Tunggang Bosar Tapanuli Selatan
Istana Tunggang Bosar Tapanuli Selatan (foto: Kesultanan dan dan Kerajaan di Indonesia - WordPress)
Istana Tunggang Bosar yang merupakan simbol utama Kesultanan Dhasa Nawalu berdiri megah di Desa Janji Maulu Muara Tais, Kecamatan Batang Angkola, Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kesultanan Dhasa Nawalu yang mengandung arti delapan arah mata angin. Pembangunan istana yang didanai secara pribadi oleh keturunan raja luat ini adalah untuk menghidupkan kembali nilai-nilai luhur adat budaya Dalihan Natolu masyarakat suku Batak Angkola yang selama ini telah mati suri.
Bukan itu saja, pembangunan adat ini juga disandingkannya dengan agama.
Kini istana Tunggang Bosar telah memiliki sebuah pondok pesantren modern yang dinaungi Yayasan Bagas Godang dan telah menjadi patron pendidikan agama bagi masyarakat Sumatera dan khususnya Pantai Barat Sumatera Utara.
Istana ini telah diresmikan Wakil Bupati Tapsel, Aldinz Rapolo Siregar dan prasastinya ditandatangani Sultan Hameng Kubuwono X diwakili adiknya Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hadi Winoto.
5. Istana Maimun Medan
Istana Maimun Medan (foto: Pegipegi)
Istana Maimun berada di jalan Brigadir Jenderal Katamso, kelurahan Sukaraja, kecamatan Medan Maimun, Medan, Sumatera Utara.
Kubah istana bewarna hitam sedangkan yang lainnya di landasi oleh warna kuning sejauh mata memandang. Istana Maimun merupakan salah satu dari istana kerajaan Deli.
Pembangunan Istana ini selesai pada 25 Agustus 1888 M, di masa kekuasaan Sultan Makmun al-Rasyid Perkasa Alamsyah.
Sultan Makmun adalah putra sulung Sultan Mahmud Perkasa Alam, pendiri kota Medan. Fotonya ada di dekat singgasana.
Sebelum masuk ke istana ini, ada tugu istana yang berisi tentang info istana Maimun dalam bahasa Belanda.
Istana ini berasitektur kerajaan Moghul, India, Timur tengah, Belanda dan Melayu.
Pengaruh ini bisa di lihat dari bentuk jendela, pintu, kubah masjid dan lampu-lampu serta peralatan lainnya.
Itulah lima istana di Sumatera Utara yang masih berdiri kokoh. Beberapa istana lainnya sudah hancur namun dibangun kembali replikanya oleh pemerintah setempat.