Ramadan merupakan bulan suci bagi umat Islam di seluruh dunia. Selama satu bulan mereka menyambut bulan penuh berkah ini dengan berpuasa dan meningkatkan ibadah.
Tidak hanya bulan yang penuh kemuliaan ibadah, Ramadan juga identik dengan aktivitas sosial antar umat muslim. Kegiatan buka bersama dan shalat tarawih berjamaah adalah kegiatan yang sudah menjadi tradisi tahunan.
Sayangnya, tradisi itu tidak bisa lagi dilakukan seperti biasanya di tahun ini. Ramadan di tahun 2020 hadir ketika dunia tengah dilanda pandemi virus corona penyebab Covid-19.
Berdasarkan data dari Worldometers MInggu, 26 April 2020 saat ini total kasus virus corona sudah mencapai lebih dari 2,8 juta kasus di seluruh dunia.
Korban meninggal dunia mencapai 198.063 dan pasien yang berhasil sembuh mencapai 812.094 orang.
Hal tersebut juga berlaku pada Amerika Serikat (AS) yang saat ini menjadi negara dengan jumlah kasus virus corona terbanyak, yakni 925.758 kasus. Dalam suasana lockdown dan ancaman virus corona, muslim Amerika kini menyambut hadirnya bulan suci Ramadan.
Ramadan tahun ini menjadi terasa semakin sepi bagi umat muslim yang merupakan kelompok minoritas di AS.
Dilansir dari The Guardian, Minggu 26 April 2020, Shaista Shiraz, perempuan berusia 34 tahun yang kini tinggal di Westchester county, sebelah utara Manhattan. Shiraz sendiri meninggalkan kampung halamannya di Atlanta, Georgia lima tahun yang lalu.
Dia kemudian memutuskan untuk tinggal New York, satu-satunya tempat di mana ia memiliki keluarga untuk tinggal. Karena hidup berpindah-pindah dan sibuk membesarkan dua anaknya, Shiraz akhirnya tidak memiliki banyak teman.
Bahkan dalam kondisi normal, Ramadan sudah terasa sepi dan kini rasa sepi itu makin diperparah dengan Covid-19.
Masjid yang biasa menggelar acara buka bersama dan shalat tarawih berjamaah, kini ditutup sesuai dengan aturan lockdown. Hal ini membuat komunitas muslim tidak bisa merayakan Ramadan dalam kebersamaan, seperti tahun-tahun sebelumnya.
Lebih lanjut, Islamic Center (IC) di New York University, salah satu tempat paling populer untuk shalat dan buka puasa setiap hari, biasanya melayani sekitar 10.000 Muslim di seluruh kota.
Imam Khalid Latif salah satu anggota penasihat IC, memperkirakan bahwa sekitar 1.000 orang biasanya menghadiri buka puasa gratis setiap hari.
"Kesepian jelas telah melanda banyak orang yang saya kenal dan banyak Muslim yang saya kenal juga. Terutama mereka yang tidak bisa kembali ke keluarga mereka, tetapi tinggal sendirian di kota ini," kata Latif.
Ada 3,45 juta Muslim di AS pada 2017, menurut penelitian lembaga riset Pew. Populasi umat Islam tumbuh dengan cepat. Pada tahun 2040, umat Islam diprediksi akan menjadi kelompok agama terbesar kedua, setelah umat Kristen.